3 Sistem Material Requirement Planning di Proses Produksi

Dalam menjamin kelancaran produksi, ketepatan waktu penerimaan bahan baku dan bahan pendukung lainnya oleh pihak produksi merupakan faktor yang sangat penting, oleh karena itu, diperlukan suatu teknik ataupun sistem yang berfungsi untuk merencanakan jadwal keperluan material yang dibutuhkan, adanya teknik ataupun sistem tersebut biasanya disebut Material Requirement Planning atau disingkat dengan MRP.

Tanpa perencanaan yang matang serta pengendalian yang ketat, resiko ketepatan waktu dalam pemasokan dan penerimaan material yaitu bahan baku dan bahan pendukungnya akan menjadi semakin tinggi yang mengakibatkan produksi tidak mampu untuk menghasilkan jumlah unit produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

Tujuan Penerapan MRP 

Berikut ini adalah beberapa tujuan penerapan MRP (Material Requirement Planning) pada suatu perusahaan manufaktur.

Jumlah Persediaan

MRP dapat menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan dan kapan bahan baku tersebut dibutuhkan untuk suatu Jadwal master produksi schedule. Dengan demikian, perusahaan manufaktur yang bersangkutan hanya perlu membeli material bahan baku tersebut pada saat dibutuhkan saja sehingga dapat menghindari kelebihan persedian material.

Lead Time

MRP mengidentifikasikan jumlah dan waktu material yang dibutuhkan sehingga pihak purchasing (pembelian) dapat melakukan tindakan yang tepat untuk memenuhi batas waktu yang ditetapkan. Dengan demikian MRP dapat membantu untuk menghindari keterlambatan produksi yang dikarenakan oleh material.

Pengiriman Realistis ke Pelanggan

Dengan menggunakan MRP, pihak produksi dapat memberikan informasi yang cepat terhadap kemungkinan waktu pengirimannya.

Efisiensi Operasi

Adanya MRP, setiap unit kerja dapat terkordinasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional setiap unit kerja pada perusahaan yang menerapkan MRP tersebut.

Baca Juga: Perbedaan ERP dan MRP yang Perlu Anda Pahami

Kelebihan dan Kekurangan Penerapan MRP

Di bawah ini terdapat beberapa kelebihan kekurangan dari penerapan material requirement planning, yaitu diantaranya adalah:

Kelebihan Penerapan MRP

  • Memiliki kemampuan untuk memberikan harga yang lebih bersaing.
  • Mampu memberikan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
  • Dapat meminimalkan stok atau persediaan bahan baku.
  • Memberikan layanan terhadap pelanggan secara lebih baik.
  • Mampu memberikan respons yang baik terhadap permintaan pasar.
  • Adanya kemungkinan untuk memperbarui program utama yang dijalankan.
  • Memiliki kemampuan untuk menunda atau membatalkan pesanan.
  • Dapat mengubah kuantitas pesanan.
  • Dapat memajukan atau bahkan menunda berakhirnya pesanan.

Kekurangan Penerapan MRP

  • Penggunaan sistem MRP adalah integritas data, yang berarti bahwa jika data dalam laporan inventaris salah, maka data BOM/master plan juga akan memberikan data yang salah.
  • MRP adalah sebuah sistem informasi yang benar-benar membutuhkan data spesifik mengenai berapa lama perusahaan menggunakan komponen yang berbeda untuk memproduksi produk tertentu dengan asumsi semua variabel.
  • Sistem ini juga beranggapan bahwa “lead time” dalam proses produksi sama seperti setiap produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan.

Proses Terjadinya Material Requirement Planning

Terdapat beberapa langkah yang harus dilewati dalam upaya penyusunan MRP yaitu diantaranya adalah :

Netting

Penentuan dari persyaratan bersih yang berasal dari perbedaan antara persyaratan kotor (gross requirement) dengan persediaan yang ada.

Lotting

Salah satu tahapan di mana jumlah pesanan untuk setiap komponen ditentukan berdasarkan dengan persyaratan bersih yang telah dihasilkan oleh proses netting.

Offsetting

Fase di mana waktu pesanan yang direncanakan ditentukan dengan cara mempertimbangkan waktu tunggu (lead time process) dengan pesanan dari pemasok.

Exploding

dimana tahapan ini berfungsi untuk menentukan jumlah produk jadi yang dibutuhkan dengan menentukan bill of material dan kebutuhan kotor dari masing-masing komponen.

Sistem MRP (Material Requirement Planning)

Suatu sistem pada umumnya terdapat input dan output. Input daripada sistem MRP adalah Master Production Schedule (MPS) atau jadwal produksi induk, inventory status file (Berkas Status Persediaan) dan Bill of Materials (BOM) atau daftar material sedangkan outputnya adalah order release requirement (kebutuhan material yang akan dipesan), order scheduling dan planned order di masa yang akan datang.

Berikut dibawah ini adalah 3 INPUT penting pada material requirement planning atau perencanaan kebutuhan material.

Master Production Schedule (MPS)

Master Production Schedule atau jadwal produksi Induk adalah suatu perencanaan yang terdiri dari tahapan waktu dan jumlah produk jadi yang akan diproduksi oleh sebuah perusahaan manufaktur. MPS ini pada umumnya berdasarkan order (pesanan) pelanggan dan perkiraan order (forecast) yang dibuat oleh perusahaan sebelum dimulainya sistem MRP.

Inventory Status File

Inventory status file ini berkaitan dengan hasil perhitungan persediaan dan kebutuhan bersih untuk setiap periode perencanaan. Setiap inventory atau persediaan harus memberikan informasi status yang jelas dan terbaru mengenai jumlah persediaan yang ada saat ini, jadwal penerimaan material ataupun rencana pembelian yang akan diserahkan ke pemasok. Informasi ini juga harus meliputi jumlah lot (lot sizes), Lead Time, Safety Stock Level dan juga jumlah material yang rusak/cacat.

Bill of Materials (BOM)

BOM adalah sebuah daftar yang berisikan jumlah masing-masing bahan baku, bahan pendukung dan sub-assy (semi produk) yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk jadi. Bill of material (BOM) berisi informasi mengenai produk jadi dan semua komponen penyusun yang meliputi level komponennya, komponen yang dibutuhkan per unit, komponen yang perlu dibeli atau dibuat, stock number dan hal-hal lain yang diperlukan dalam merencanakan dan melakukan produksi tersebut.

Kesimpulan

Beberapa informasi mengenai MRP atau material requirement planning yang intinya merupakan sebuah metode yang efektif untuk menggenjot produktivitas perusahaan manufaktur.

Bahkan, semenjak tahun 1964, sistem MRP ini berhasil diintegrasikan ke berbagai aspek perusahaan dengan tujuan utama untuk memudahkan perusahaan, dalam menyusun rencana produksi. Sehingga, sampai pada saat ini sistem MRP tetap menjadi bagian penting dari perusahaan manufaktur.

Seperti yang diketahui, dalam penyusunan MRP ini perusahaan bisa menggunakan cara manual dan menggunakan software manufaktur. Adapun, agar kegiatan penyusunan MRP lebih mudah dan cepat, sebaiknya gunakan software ketimbang manual.

Di sini, kamu bisa gunakan software akuntansi  yaitu MASERP, karena software ini juga bisa custom sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan memiliki fitur yang lebih lengkap dibandingkn sistem MRP. Yuk, mudahkan semua kegiatan yang ada di perusahaan agar proses produksi bisa lebih lancar dan tujuan bisa tercapai dengan semestinya.

Baca Juga: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Mudah Dipahami

New call-to-action