Pengertian Gaji Gross, Bedanya dengan Gaji Net dan Gross Up

Written by Tika Ulfianinda

Perbedaan Gaji Gross, Nett, dan Gross Up

Anda pasti sering mendengar istilah gaji gross dan gaji net. Biasanya, kedua angka gaji ini tercantum secara jelas di dalam kontrak kerja yang disepakati sejak awal. Secara sederhana, gaji gross adalah jumlah gaji yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan sebelum dipotong pajak dan iuran wajib lainnya.

HR dan karyawan perlu memahami benar apa itu gaji gross dan net. Bagi tim HR perlu tahu bedanya untuk menghindari kesalahan dalam penawaran gaji dalam proses rekrutmen dan memastikan sistem penggajian (payroll) berjalan akurat.

Sementara bagi karyawan, mereka perlu mengetahui nilai gaji gross dan net agar dapat menyusun budgeting keuangan dan kejelasan income dari perusahaan.

Untuk memahami mengenai pengertian gaji gross, perbedaannya dengan gaji nett dan gross up, serta cara menghitungnya, simak pembahasan lengkap dalam artikel ini sampai akhir, ya!

Apa Itu Gaji Gross?

Gaji gross adalah total penghasilan yang diterima karyawan sebelum dikurangi pajak dan potongan lainnya. Dalam skema ini, karyawan menanggung kewajiban perpajakan atas penghasilannya sendiri.

Selain pajak, terdapat beberapa potongan lain yang perlu Anda perhitungkan, seperti iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Berdasarkan Surat Edaran BPJS Ketenagakerjaan Nomor B/0246/022021 yang berlaku sejak Februari 2021, skema iuran terdiri dari:

  • Jaminan Hari Tua (JHT): Perusahaan membayar 3,7% dari gaji, sedangkan karyawan menyumbang 2%.
  • Jaminan Pensiun: Perusahaan menanggung 2%, dan karyawan sebesar 1%.
  • BPJS Kesehatan: Total iuran sebesar 5% dari gaji, dengan rincian 4% ditanggung perusahaan dan 1% ditanggung karyawan.

Di luar iuran resmi tersebut, perusahaan juga dapat menerapkan potongan lain sesuai kebijakan internal, seperti potongan untuk makan siang, pinjaman karyawan, atau kontribusi lainnya.

Komponen Gaji Gross (Gaji Kotor)

Saat Anda menerima slip gaji, biasanya terdapat rincian mengenai komponen-komponen yang membentuk gaji gross (gaji kotor). Struktur gaji bervariasi tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai komponen yang umum tercantum di gaji kotor:

Gaji Pokok

Gaji pokok merupakan elemen utama dalam perhitungan gaji kotor. Nilainya bersifat tetap dan dibayarkan secara rutin setiap bulan tanpa potongan.

Jumlah gaji pokok biasanya lebih rendah dari total gaji kotor karena belum termasuk tunjangan maupun insentif. Besarannya ditentukan berdasarkan jabatan, masa kerja, tanggung jawab, serta struktur penggajian di perusahaan.

Bonus atau Insentif

Bonus dan insentif merupakan bentuk penghargaan atas kinerja karyawan yang melampaui target. Komponen ini bersifat tidak tetap (variable) dan bisa diberikan secara berkala, misalnya bulanan, triwulanan, atau tahunan, tergantung pada performa individu atau pencapaian tim.

Beberapa perusahaan juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) atau bonus akhir tahun, yang juga akan masuk dalam total gross salary bulan terkait.

Tunjangan Transportasi

Tunjangan ini diberikan kepada karyawan yang harus datang ke kantor secara rutin, terutama di wilayah dengan biaya transportasi tinggi.

Besarnya tunjangan transportasi dapat bersifat tetap atau berdasarkan jarak dan frekuensi perjalanan. Jika Anda bekerja secara full Work From Office (WFO), komponen ini sering kali menjadi bagian dari struktur gaji.

Uang Makan

Perusahaan yang menerapkan sistem kerja full Work From Office (WFO) umumnya memberikan uang makan harian atau bulanan sebagai bentuk dukungan operasional bagi karyawan.

Nilai uang makan bisa tetap atau disesuaikan dengan kehadiran. Fasilitas uang makan menjadi bagian dari gaji kotor karena termasuk dalam penghasilan sebelum dipotong pajak.

Tunjangan Internet

Bagi karyawan yang bekerja dengan skema Work From Home (WFH) atau hybrid, perusahaan biasanya menyediakan tunjangan internet sebagai dukungan untuk memastikan kelancaran komunikasi dan operasional kerja dari rumah. Nilainya bisa tetap atau menyesuaikan dengan kebijakan bulanan perusahaan.

Perbedaan Gaji Gross, Gaji Net, dan Gaji Gross Up

Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai perbedaan gaji gross, gaji net, dan gaji gross up, lengkap dengan komponen, ciri-ciri, serta siapa yang menanggung kewajiban pajaknya:

Gaji Gross (Gaji Kotor)

Gaji gross adalah total penghasilan karyawan sebelum dilakukan pemotongan untuk pajak penghasilan (PPh 21), BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan potongan lainnya. Ini adalah angka gaji kotor yang tercantum dalam kontrak atau perjanjian kerja.

Komponen dalam gaji gross, yakni:

  • Gaji pokok
  • Tunjangan tetap dan tidak tetap (transportasi, makan, komunikasi, dan lainnya)
  • Tunjangan Hari Raya (THR)
  • Bonus dan insentif
  • Lembur (jika ada)

Ciri-ciri gaji gross:

  • Nilainya lebih besar dibanding gaji net.
  • Karyawan menanggung potongan wajib, termasuk pajak dan iuran.
  • Gaji yang tercantum dalam slip gaji belum menunjukkan jumlah yang benar-benar diterima.
  • Dipakai sebagai dasar perhitungan PPh 21 dan BPJS.

Gaji Net (Take Home Pay)

Gaji net adalah gaji bersih yang diterima karyawan setelah dikurangi semua kewajiban atau potongan, seperti pajak penghasilan dan iuran BPJS. Ini adalah jumlah akhir yang masuk ke rekening karyawan setiap bulannya.

Potongan umum dari gaji net, yakni:

  • Pajak penghasilan (PPh 21)
  • Iuran BPJS Kesehatan (1% dari karyawan)
  • Iuran BPJS Ketenagakerjaan (JHT 2%, Jaminan Pensiun 1%)
  • Potongan internal seperti: pinjaman karyawan, uang makan, seragam, dan lain-lain

Ciri-ciri gaji net:

  • Jumlah gaji yang real diterima karyawan setiap bulan.
  • Dapat bervariasi setiap bulan jika ada bonus, lembur, atau denda.
  • Menjadi acuan utama karyawan dalam merencanakan keuangan pribadi.

Gaji Gross Up

Gaji gross up adalah skema gaji di mana perusahaan menanggung beban pajak penghasilan karyawan. Agar tetap sesuai dengan ketentuan perpajakan, perusahaan menaikkan gaji karyawan sebesar nilai pajak yang harus dibayar, sehingga nominal pajak tersebut dianggap dibayarkan oleh karyawan (walaupun secara riil ditanggung oleh perusahaan).

Tujuan gaji gross up, yakni:

  • Memberi karyawan take home pay utuh seperti yang dijanjikan.
  • Memenuhi kewajiban perpajakan dengan transparan.
  • Umum digunakan oleh perusahaan besar atau multinasional untuk menarik talenta berkualitas.

Ciri-ciri gaji gross up:

  • Gaji kotor yang tercantum sudah termasuk “pengganti” pajak penghasilan.
  • Karyawan tetap terlihat sebagai pembayar pajak (nominal tercantum di slip gaji), tapi secara real pajaknya dibayarkan perusahaan.
  • Nilai gross salary lebih besar dibanding sistem biasa, tapi gaji net tetap.

Agar lebih mudah memahami ketiganya, berikut skema perbandingan dalam bentuk tabel.

AspekGaji GrossGaji Net (Take Home Pay)Gaji Gross Up
Termasuk PajakYaTidakYa (dibayarkan perusahaan)
Potongan PajakDitanggung karyawanSudah dikurangiDitanggung perusahaan
Nominal yang DiterimaBelum finalJumlah bersih diterimaSama dengan net, tapi gaji dinaikkan untuk tutup pajak
Umum DigunakanUmum di banyak perusahaanAcuan keuangan pribadi karyawanUmum di perusahaan besar

Baca Juga: Rekomendasi 5 Software HRIS Terbaik Indonesia (Beserta Fitur)

Cara Menghitung Gaji Gross (Beserta Contoh)

Setelah memahami konsep dasar dan perbedaan antara gaji gross dan gaji net, kini saatnya melihat contoh studi kasus untuk memudahkan pemahaman mengenai cara menghitung gaji gross dan potongan yang menyertainya.

Misalnya, Budi adalah seorang karyawan single (belum menikah) yang menerima gaji pokok sebesar Rp9.000.000,- per bulan. Dalam setahun, total penghasilan Budi adalah:

Rp9.000.000 x 12 bulan = Rp108.000.000

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016, penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk wajib pajak orang pribadi (TK/0) adalah sebesar Rp54.000.000 per tahun. Maka, penghasilan kena pajak (PKP) Budi dapat dihitung sebagai berikut:

PKP = Rp108.000.000 – Rp54.000.000 = Rp54.000.000

Karena penghasilan Budi berada pada lapisan tarif pertama PPh 21, yaitu 5%, maka perhitungan pajak penghasilannya adalah:

PPh 21 tahunan = 5% x Rp54.000.000 = Rp2.700.000

PPh 21 bulanan = Rp2.700.000 : 12 = Rp225.000

Selain PPh 21, Budi juga harus menanggung beberapa potongan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu:

  • Iuran BPJS Ketenagakerjaan (JHT): 2% x Rp9.000.000 = Rp180.000
  • Iuran BPJS Kesehatan: 1% x Rp9.000.000 = Rp90.000
  • Iuran Jaminan Pensiun: 1% x Rp9.000.000 = Rp90.000
  • PPh 21: Rp225.000

Dengan demikian, total potongan yang harus ditanggung Budi setiap bulan adalah:

Rp180.000 + Rp90.000 + Rp90.000 + Rp225.000 = Rp585.000

Maka, gaji bersih atau take home pay yang diterima Budi setiap bulan adalah:

Rp9.000.000 – Rp585.000 = Rp8.415.000

Jika perusahaan Anda menggunakan sistem gaji gross, jumlah gaji yang tertera dalam kontrak belum termasuk potongan-potongan seperti pajak penghasilan dan iuran wajib.

Kesimpulan

Itulah penjelasan mengenai pengertian gaji gross, perbedaannya dengan gaji net dan gaji gross up, serta contoh perhitungannya.

Sebagai karyawan, Anda perlu memahami metode penggajian yang digunakan oleh perusahaan agar tidak terjadi kesalahpahaman terkait hak dan kewajiban.

Konsep gaji gross dapat membantu dalam menyusun perencanaan keuangan pribadi secara lebih bijak, termasuk dalam mengatur pengeluaran bulanan, menyiapkan dana darurat, dan merencanakan tabungan jangka panjang.

Anda pun perlu mengetahui perbedaan antara gaji gross, net, dan gross up juga membantu Anda menilai secara objektif nilai kompensasi yang ditawarkan suatu perusahaan.

Jika Anda merasa belum yakin dengan sistem penggajian yang berlaku di tempat kerja, tidak ada salahnya untuk berdiskusi dengan bagian HR atau mencari informasi tambahan dari sumber terpercaya agar bisa mengambil keputusan finansial dengan lebih percaya diri.

Urusan gaji dan THR ini biasanya akan dikelola oleh bagian HR dan akan terintegrasi dengan keuangan perusahaan. Agar bagian keuangan tidak kesulitan mengatur pengeluaran gaji, sebaiknya perusahaan menggunakan software modern untuk menghindari proses-proses yang masih berjalan manual.

Salah satu software ERP modern yang bisa Anda gunakan adalah MASERP. Software MASERP bisa terintegrasi dengan fungsi bisnis lain seperti manufaktur, ditribusi, penjualan, pembelian dan lain-lain.

MASERP akan memudahkan Anda mencatat, memantau dan membuat laporan keuangan sepeti arus kas dan laba rugi perusahaan secara otomatis dan kapan saja tanpa harus menunggu rugi atau negatif.

MASERP juga dapat terintegrasi dengan software HR AqtiveHR yang memiliki fitur lengkap seperti manajemen kehadiran (absensi, cuti, shift kerja), manajemen payroll, reimbursement, performance kerja, employee database, training kerja, dan broadcast message.

Segera konsultasikan kebutuhan perusahaan Anda dan demo fitur program dengan konsultan ahli kami dengan klik gambar di bawah ini, gratis!