Manajemen keuangan dalam berbisnis bukan hanya memantau laba. Anda perlu memahami mengenai prinsip dan istilah akuntansi, salah satunya write off. Write off adalah proses penghapusan aset atau piutang dari pembukuan karena nilainya sudah tidak dapat dipulihkan, misalnya karena rusak total atau piutang tidak tertagih.
Perlunya memahami istilah tersebut agar bisnis Anda memiliki catatan keuangan yang akurat, mengurangi risiko buruk yang akan terjadi, dan memastikan kepatuhan terhadap standar regulasi.
Siap mempelajari tujuan write off dan contohnya dalam bisnis? Mari lanjutkan membaca artikel ini sampai habis!
Pengertian Write Off Akuntansi
Write off adalah bentuk pengeluaran usaha yang dapat dikurangkan dari total pendapatan dalam perhitungan pajak penghasilan.
Tujuan write off adalah untuk mengurangi jumlah penghasilan kena pajak, sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih ringan, terutama bagi pelaku usaha kecil.
Pengeluaran dapat dikategorikan sebagai write off bila pengeluaran tersebut memiliki manfaat yang nyata bagi kegiatan bisnis serta umum dilakukan dalam industri sejenis.
Pengeluaran ini tidak harus bersifat sangat penting, tapi perlu dianggap sebagai bagian normal dari operasional usaha. Sebagian besar biaya operasional dapat dimasukkan sebagai write off, baik secara penuh maupun sebagian.
Pelaku usaha biasanya berupaya mencatat pengeluaran-pengeluaran yang memenuhi syarat, agar kewajiban pajaknya dapat diminimalkan secara legal.
Namun ada yang perlu diperhatikan, write off hanya berlaku jika bisnis tersebut memang dijalankan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan.
Jika bisnis tidak dijalankan untuk menghasilkan keuntungan, pengeluarannya pun tidak dapat diklaim sebagai pengurang pajak oleh pemiliknya.
Tujuan Write Off Akuntansi
Agar proses write off dapat dilakukan dengan tepat, pemilik bisnis perlu memahami komponen pengeluaran yang memenuhi syarat sebagai pengurang pajak serta komponen yang tidak memenuhi ketentuan tersebut.
Berikut adalah tujuan write off dalam akuntansi, lengkap dengan penjelasan yang mudah dipahami, ya.
Mengurangi Pendapatan Kena Pajak
Pendapatan kena pajak merupakan jumlah penghasilan yang dikenai pajak setelah dikurangi berbagai jenis pengeluaran yang sah menurut ketentuan perpajakan.
Melalui write off, bisnis dapat mengidentifikasi dan mencatat pengeluaran agar dapat dimanfaatkan sebagai pengurang pajak.
Beberapa jenis pengeluaran yang umum dikategorikan sebagai write off meliputi:
- Biaya transportasi yang berkaitan langsung dengan operasional bisnis.
- Gaji dan tunjangan karyawan.
- Biaya sewa gedung atau tempat usaha.
- Biaya kegiatan marketing dan promosi produk atau jasa.
Bila pengeluaran di atas dicatat secara tepat dan akurat dalam laporan keuangan, perusahaan dapat menurunkan nilai penghasilan yang dikenai pajak.
Ini berdampak pada berkurangnya beban pajak yang harus dibayarkan sehingga dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk keperluan lain dalam pengembangan bisnis.
Meningkatkan Keuntungan Usaha Lebih Efisien
Write off membantu bisnis membayar pajak hanya atas pendapatan bersih, yaitu pendapatan setelah dikurangi biaya operasional yang sah. Beban pajak menjadi lebih ringan dan keuntungan bersih perusahaan dapat meningkat.
Sebagai contoh, ketika perusahaan mencatat pengeluaran seperti pembelian alat kantor atau bahan baku sebagai biaya operasional yang sah, pengeluaran tersebut dapat diklaim sebagai pengurang pajak.
Jika dicatat dengan benar sebagai write off, jumlah pendapatan yang dikenakan pajak akan lebih kecil. Perusahaan jadi tidak perlu membayar pajak lebih dari yang seharusnya.
Pencatatan write off yang akurat juga berkontribusi langsung terhadap peningkatan efisiensi keuangan perusahaan karena jumlah pajak yang dibayarkan sesuai dengan kondisi keuangan aktual.
Mengidentifikasi dan Menghapus Aset yang Tidak Lagi Bernilai
Dalam operasional bisnis, ada kalanya aset tidak lagi memiliki nilai ekonomis karena rusak, usang, atau tidak bisa digunakan lagi.
Melalui write off, perusahaan dapat mencatat penghapusan nilai aset tersebut agar laporan keuangan tetap akurat dan mencerminkan kondisi riil aset yang dimiliki.
Beberapa contoh aset yang dapat dihapus melalui write off meliputi:
- Komputer dan peralatan elektronik yang rusak permanen.
- Kendaraan operasional yang tidak layak jalan.
- Stok barang atau inventaris yang rusak, kedaluwarsa, atau tidak dapat dijual.
- Piutang usaha yang tidak tertagih karena debitur wanprestasi atau tidak terlacak.
Penghapusan aset ini membantu perusahaan mengetahui dengan jelas nilai aset yang masih aktif dan layak digunakan. Write off juga menjadi dasar penting dalam perencanaan pengadaan barang baru dan pengelolaan aset ke depan.
Dari perspektif keuangan, write off berperan dalam mencatat nilai penyusutan dan mengakui kerugian yang sah secara akuntansi.
Dalam kondisi tertentu, kerugian ini dapat dijadikan sebagai pengurang beban pajak, sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Perbedaan Write Off dan Write Down
Write off dan write down adalah dua istilah dalam akuntansi yang berkaitan dengan penurunan nilai aset, tetapi keduanya memiliki makna dan dampak yang berbeda terhadap laporan keuangan.
Berikut perbedaan write off dan write down:
Write Off
Write off terjadi ketika nilai suatu aset dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis sama sekali. Artinya, aset tersebut tidak lagi bisa digunakan atau tidak menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan.
Dalam laporan keuangan, aset yang di-write off akan dihapus sepenuhnya dari pencatatan sehingga nilainya menjadi nol.
Contoh write off, yakni:
- Peralatan kantor yang rusak total dan tidak dapat diperbaiki.
- Piutang dari pelanggan yang sudah pasti tidak dapat ditagih (bad debt).
- Barang persediaan yang kedaluwarsa atau hancur.
Write off juga digunakan untuk menyesuaikan nilai buku aset agar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Cara ini dilakukan untuk menciptakan transparansi dan mencegah laporan keuangan mencatat nilai yang tidak realistis.
Write Down
Write down dilakukan saat nilai aset mengalami penurunan, tetapi aset tersebut masih memiliki nilai ekonomis atau masih bisa digunakan sebagian.
Dengan demikian, aset tetap dicatat dalam pembukuan dan nilainya dikurangi agar sesuai dengan nilai pasar atau kondisi sebenarnya saat ini.
Contoh write down, yakni:
- Peralatan produksi yang masih bisa digunakan meskipun mengalami kerusakan ringan.
- Penurunan nilai persediaan karena permintaan pasar menurun.
- Properti yang nilainya turun akibat perubahan kondisi ekonomi.
Write down ini tidak menghapus aset sepenuhnya dari pembukuan dan hanya menyesuaikan nilainya.
Bisa disimpulkan, write off adalah proses menghapus aset secara keseluruhan karena aset tersebut sudah tidak bernilai atau tidak dapat digunakan lagi.
Sedangkan write down adalah pengurangan nilai aset sebagian karena terjadi penurunan nilai, tetapi aset tersebut masih berfungsi dan memberikan manfaat.
Contoh Perhitungan Write Off
Memahami cara menghitung penyusutan dalam akuntansi memang tidak mudah, terutama bagi pebisnis yang belum terbiasa dengan proses pencatatan keuangan.
Oleh karena itu, contoh-contoh konkret sangat diperlukan agar pencatatan akuntansi bisa dilakukan dengan benar. Berikut ini beberapa contoh yang dapat dijadikan acuan dalam pembukuan bisnis.
Contoh 1:
Sebuah perusahaan memutuskan membuka kantor cabang baru dan membeli beberapa perabot untuk keperluan operasional. Namun, seiring waktu, kantor cabang tersebut tutup dan akhirnya inventarisnya tidak digunakan lagi.
Semua inventaris untuk cabang tersebut dapat dicatat sebagai aset yang disusutkan atau dihapuskan karena sudah tidak digunakan lagi untuk operasional bisnis.
Aset yang sudah tidak dapat dipakai lagi ini dianggap tidak produktif dan tidak termasuk dalam penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, aset tersebut dibebaskan dari pajak.
Contoh 2:
Sebuah perusahaan mengeluarkan faktur (invoice) sebesar Rp35 juta kepada pelanggan. Faktur tersebut sudah dicatat, tetapi pembayarannya tidak pernah dilakukan karena pelanggan mengalami kebangkrutan.
Dalam pembukuan, nilai tersebut tetap dicatat sebagai piutang. Namun, dalam proses akuntansi, faktur yang tidak tertagih ini dapat dianggap sebagai penghapusan (write off) karena perusahaan tidak menerima pembayaran sama sekali.
Oleh karena itu, pendapatan tersebut tidak boleh dicatat sebagai penghasilan dan tidak termasuk dalam objek pajak. Dengan demikian, perusahaan tidak wajib membayar pajak atas pendapatan yang tidak diterima.
Write Off dalam Akuntansi Terkait Utang Piutang
Write off dalam akuntansi terkait utang piutang adalah proses penghapusan nilai piutang yang dianggap tidak bisa ditagih lagi atau tidak akan terealisasi.
Proses ini dilakukan ketika perusahaan yakin bahwa piutang tersebut sudah tidak mungkin dibayar oleh debitur, misalnya karena debitur mengalami kebangkrutan.
Berikut penjelasan langkah-langkah write off dalam akuntansi terkait utang piutang secara lengkap.
Identifikasi Piutang yang Tidak Bisa Ditagih
Perusahaan perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap piutang yang belum dibayar setelah jangka waktu tertentu, misalnya 90 atau 120 hari, tergantung kebijakan perusahaan.
Jika piutang tersebut belum juga dibayar dan upaya penagihan sudah maksimal (seperti mengirim surat penagihan, telepon, atau bahkan tindakan hukum), piutang itu dianggap berisiko tidak tertagih.
Penilaian Kerugian Piutang
Setelah piutang bermasalah teridentifikasi, perusahaan melakukan penilaian terhadap besarnya kerugian.
Kerugian ini adalah selisih antara nilai piutang yang tercatat di buku dan jumlah yang kemungkinan besar bisa diperoleh jika ada pembayaran sebagian.
Jika tidak ada harapan pembayaran, seluruh nilai piutang bisa dianggap kerugian.
Perhitungan Jumlah Write Off
Jumlah write off yang dicatat harus sama dengan nilai piutang yang tidak dapat ditagih tersebut.
Perhitungan ini harus akurat dan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku, seperti PSAK atau IFRS, agar laporan keuangan tetap valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pencatatan Write Off dalam Pembukuan
Setelah menentukan jumlah yang akan dihapus, perusahaan mencatat transaksi write off.
Dalam jurnal akuntansi, nilai piutang yang dihapus dipindahkan dari akun piutang usaha ke akun kerugian piutang tak tertagih atau cadangan penurunan nilai piutang.
Hal ini akan mengurangi jumlah piutang di neraca dan meningkatkan beban kerugian di laporan laba rugi.
Penghapusan Piutang dari Neraca
Setelah pencatatan write off dilakukan, nilai piutang yang dihapus tidak lagi tercantum sebagai aset dalam neraca perusahaan.
Dengan demikian, neraca mencerminkan kondisi keuangan yang lebih akurat dan realistis mengenai jumlah piutang yang benar-benar bisa ditagih.
Kesimpulan
Jadi, bisa disimpulkan bahwa write off adalah proses penghapusan aset yang sudah tidak berguna atau tidak dapat digunakan lagi dari catatan keuangan perusahaan.
Ketika aset di-write off, pendapatan perusahaan di masa depan mungkin akan berkurang karena aset tersebut tidak lagi memberikan kontribusi terhadap penghasilan perusahaan.
Dengan cara ini, perusahaan bisa menghindari pemborosan sumber daya dengan tidak mempertahankan aset tidak produktif sehingga lebih fokus menggunakan aset pendukung kegiatan bisnis dan pertumbuhan perusahaan.
Software ERP MASERP membantu Anda untuk menagih customer Anda secara tepat waktu. MASERP menyediakan reminder untuk piutang jatuh tempo setiap harinya untuk penagihan tepat waktu dan meningkatkan kesehatan cash flow perusahaan.
Dengan fitur Report Center di MASERP, Anda bisa mencatat dan membuat laporan keuangan yang meliputi laba rugi, neraca, penjualan dan lain-lain.
Pencatatan dan pelaporan manual tentu saja akan memakan banyak waktu dan memiliki peluang besar terjadinya human error. Ini akan menghambat efisiensi dan produktivitas perusahaan Anda.
Jadwalkan demo program dan ceritakan kebutuhan perusahaan Anda dengan konsultan MASERP sekarang!