Setiap perusahaan tentu berupaya mencapai efisiensi dan efektivitas yang optimal dalam mengelola keuangan. Secara ideal, kondisi ini terjadi ketika perusahaan mampu menghasilkan keuntungan sebesar mungkin dengan penggunaan modal yang seminimal mungkin. Salah satu indikator yang dapat Anda gunakan untuk menilai hal ini adalah return on asset (ROA).
Menghitung ROA membantu Anda mengetahui seberapa besar perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan total aset yang dimiliki dalam periode tertentu. Data ini sangat berguna untuk analisis kinerja keuangan dan dapat Anda jadikan sebagai dasar dalam menyusun strategi bisnis bersama para stakeholder.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lengkap mengenai cara menghitung ROA dan penerapannya, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!
Apa Itu ROA?
Return on asset (ROA) merupakan indikator keuangan yang digunakan untuk menilai seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.
Rasio ini mencerminkan efisiensi operasional dan manajemen dalam mengelola aset agar dapat memberikan hasil maksimal.
Dalam pengukurannya, ROA biasanya didasarkan pada laba bersih perusahaan yang dibandingkan dengan total aset yang digunakan dalam periode tertentu.
Total aset yang dimaksud meliputi semua sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik yang berwujud seperti gedung dan peralatan, maupun yang tidak berwujud seperti hak paten dan merek dagang.
Nilai ROA umumnya berbentuk persentase. Semakin tinggi persentase ROA, makin menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menggunakan asetnya secara optimal untuk memperoleh keuntungan.
Ini menjadi sinyal positif bagi investor, karena menunjukkan efisiensi pengelolaan keuangan dan potensi pertumbuhan yang baik.
Sebaliknya, ROA yang rendah menandakan bahwa aset yang dimiliki belum digunakan secara maksimal untuk menghasilkan laba. Ini bisa menjadi indikator adanya inefisiensi, pemborosan sumber daya, atau perlunya strategi baru dalam pengelolaan aset perusahaan. ROA yang rendah juga dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap prospek bisnis ke depan.
Pelaku bisnis dan pemangku kepentingan dapat mengevaluasi kinerja perusahaan secara menyeluruh dari sisi penggunaan aset yang dimiliki melalui ROA, serta mengambil keputusan yang lebih strategis dalam mengembangkan usaha.
Baca Juga: Aset Produktif: Karakteristik, Jenis, dan Cara Mengelolanya
Unsur ROA (Return on Asset)
Dalam menghitung return on asset (ROA), terdapat beberapa komponen penting yang membentuk rasio ini, yaitu pendapatan, beban, laba, dan kerugian. Masing-masing memiliki peran dalam mencerminkan efisiensi kinerja keuangan perusahaan. Berikut penjelasan detail unsur-unsur ROA:
Laba (Keuntungan)
Peningkatan nilai ekuitas perusahaan yang berasal dari aktivitas insidental maupun operasional, dan tidak selalu berkaitan langsung dengan kontribusi pemilik modal.
Laba mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
Kerugian
Penurunan ekuitas yang biasanya terjadi akibat beban yang lebih besar dari pendapatan, atau karena kejadian insidental lainnya.
Kerugian menjadi sinyal adanya ketidakefisienan dalam operasional atau adanya pengeluaran tak terduga yang memengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Pendapatan
Peningkatan aset perusahaan yang terjadi selama periode berjalan. Pendapatan diperoleh dari kegiatan utama seperti penjualan barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang menjadi inti operasional perusahaan.
Pendapatan menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas bisnis utamanya.
Beban
Penurunan nilai aset sebagai akibat dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan. Beban ini muncul karena adanya biaya produksi, distribusi, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang menjadi bagian dari kegiatan utama perusahaan. Besarnya beban memengaruhi langsung tingkat keuntungan yang dapat dicapai.
Melalui analisis komponen-komponen tersebut, ROA memberikan gambaran menyeluruh mengenai seberapa efisien perusahaan dalam mengubah sumber daya (aset) yang dimiliki menjadi laba.
Nilai ROA yang ideal mencerminkan pengelolaan pendapatan dan pengendalian beban yang baik sehingga menghasilkan profitabilitas optimal.
Baca Juga: Perbedaan Biaya dan Beban dalam Akuntansi
Fungsi Return on Asset (ROA)
Bagi perusahaan, analisis return on asset (ROA) memiliki peran penting dalam menilai efektivitas pemanfaatan aset untuk menghasilkan laba.
ROA menjadi salah satu indikator utama dalam mengevaluasi kinerja keuangan secara menyeluruh. Di bawah ini terdapat beberapa fungsi utama ROA bagi perusahaan, antara lain:
Menilai Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Modal
Setiap perusahaan tentu memiliki modal untuk menjalankan aktivitas operasional. Namun, seberapa optimal modal tersebut digunakan dalam menciptakan keuntungan perlu diukur secara objektif.
ROA berfungsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal yang dimiliki. Perusahaan dapat mengetahui apakah aset yang dimiliki telah dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pencapaian laba.
Membandingkan Efisiensi Kinerja dengan Perusahaan Lain
Salah satu keunggulan ROA adalah kemampuannya dalam memberikan perbandingan antara efisiensi perusahaan dengan kompetitor di sektor yang sama.
Melalui perbandingan ini, perusahaan dapat mengevaluasi apakah efisiensinya berada di atas, setara, atau di bawah pesaing. Hasil ini menjadi dasar dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal yang perlu diperbaiki atau dipertahankan.
Menunjukkan Tingkat Profitabilitas Perusahaan
ROA menjadi indikator penting dalam mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki.
Nilai ROA mencerminkan sejauh mana keuntungan bersih dapat diperoleh dari kegiatan operasional utama. Ini menjadi tolak ukur profitabilitas yang membantu perusahaan dalam menilai keberhasilan strategi bisnis yang dijalankan.
Menjadi Dasar dalam Menyusun Strategi Bisnis
Hasil perhitungan ROA memberikan informasi penting bagi manajemen untuk merancang langkah strategis ke depan.
Jika ditemukan area yang belum optimal, perusahaan dapat merumuskan strategi baru untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. ROA berperan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan jangka menengah hingga jangka panjang.
Mengevaluasi Kinerja Divisi Secara Spesifik
Hasil analisis ROA juga dapat digunakan untuk menilai efisiensi masing-masing divisi atau unit kerja dalam perusahaan.
Bila nilai ROA menunjukkan hasil yang kurang optimal, manajemen dapat menelusuri lebih jauh sumber ketidakefisienan tersebut. Ini mendorong perusahaan untuk melakukan perbaikan di tingkat operasional, termasuk dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Menarik Minat Investor
Bagi calon investor, ROA tidak hanya mencerminkan keuntungan yang diperoleh, tetapi juga menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal.
ROA yang tinggi memberi sinyal positif bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba besar dengan aset yang relatif kecil. Ini membuat perusahaan lebih menarik di mata investor karena dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang baik dengan risiko yang lebih rendah.
Kelebihan Analisis Return on Asset (ROA)
Terdapat beberapa keunggulan penting dari penggunaan rEturn on asset (ROA) dalam analisis kinerja keuangan perusahaan. Berikut penjelasannya.
Mengetahui Posisi Perusahaan di Antara Kompetitor
ROA memungkinkan perusahaan untuk menilai bagaimana posisinya dibandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor yang sama.
Melalui perbandingan rasio ini, manajemen dapat mengetahui apakah kinerja perusahaan lebih unggul, setara, atau tertinggal dari kompetitor. Informasi ini sangat berguna dalam merancang strategi peningkatan kinerja dan mempertajam keunggulan kompetitif perusahaan.
Mengukur Efisiensi Penggunaan Modal
ROA juga membantu menilai efektivitas pemanfaatan aset yang dimiliki perusahaan. Hasil analisis ini menunjukkan apakah pengelolaan modal sudah menghasilkan laba yang optimal atau masih perlu perbaikan.
perusahaan dapat segera melakukan evaluasi dan menyesuaikan strategi agar pemanfaatan aset menjadi lebih maksimal dan efisien.
Kekurangan Analisis Return on Asset (ROA)
Meskipun ROA memiliki berbagai keunggulan dalam menilai efisiensi dan profitabilitas perusahaan, penggunaan rasio ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah beberapa kelemahan dari analisis ROA.
Bergantung pada Metode Penyusutan Aset Tetap
ROA sebagai alat untuk menilai efisiensi operasional, khususnya di tingkat divisi, sangat dipengaruhi oleh metode penyusutan (depresiasi) yang digunakan perusahaan.
Perbedaan metode depresiasi dapat menghasilkan angka ROA yang berbeda, meskipun aktivitas bisnis yang dilakukan sama. Ini dapat menimbulkan ketidakkonsistenan dalam evaluasi efisiensi antar divisi atau antar perusahaan.
Rentan Terhadap Distorsi Akibat Inflasi
ROA juga memiliki kelemahan saat digunakan dalam kondisi inflasi. Kenaikan harga penjualan yang terjadi selama inflasi dapat membuat nilai ROA tampak tinggi, meskipun sebenarnya tidak mencerminkan peningkatan efisiensi yang nyata.
Ini terjadi karena pendapatan dinilai berdasarkan harga pasar yang telah naik, sedangkan komponen biaya masih dihitung menggunakan nilai historis. Akibatnya, perbandingan antara laba dan aset tidak lagi mencerminkan kondisi riil perusahaan.
Faktor yang Memengaruhi Analisis ROA
Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi hasil perhitungan Return on Asset (ROA). Beberapa ahli menyatakan bahwa dua elemen utama yang berpengaruh adalah margin laba dan tingkat perputaran total aset.
Kedua elemen ini mencerminkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola aset dan memperoleh laba dari aktivitas operasionalnya.
Beberapa faktor operasional lain yang juga memiliki pengaruh terhadap nilai ROA, antara lain:
Perputaran Kas (Cash Turnover)
Perputaran kas menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerja untuk mendukung aktivitas bisnis dan memenuhi kewajiban keuangan.
Rasio ini memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas yang cukup untuk membayar utang jangka pendek serta membiayai proses penjualan. Tingkat perputaran kas yang tinggi menandakan efisiensi dalam pengelolaan dana tunai perusahaan.
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan dapat menagih piutang dalam satu periode, serta seberapa sering dana yang tertanam dalam piutang tersebut berputar dalam satu tahun.
Tingginya rasio perputaran piutang mencerminkan efektivitas kebijakan kredit perusahaan dan kualitas piutang yang baik. Semakin cepat piutang tertagih, semakin besar modal yang dapat kembali dan digunakan kembali untuk operasional.
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Persediaan merupakan bagian dari aset lancar yang terus bergerak dalam siklus operasional perusahaan, mulai dari pengadaan, pengolahan, hingga penjualan kepada konsumen.
Rasio perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa produk berhasil dijual dengan cepat, sehingga kas dapat segera kembali masuk ke perusahaan.
Efisiensi dalam perputaran ini juga membantu mengurangi kebutuhan modal kerja, karena perusahaan tidak perlu menyimpan stok dalam jumlah besar untuk waktu yang lama.
Rumus ROA
Setelah memahami konsep dasar return on asset (ROA), langkah selanjutnya adalah mempelajari rumus serta cara menghitungnya.
Perhitungan ROA tergolong sederhana dan mudah dipahami sehingga siapa pun dapat menggunakannya untuk menilai efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki.
Sebelum melakukan perhitungan, pastikan terlebih dahulu Anda mengetahui jumlah laba bersih dan total aset perusahaan.
Laba bersih yang dimaksud di sini adalah laba setelah dikurangi pajak atau Earnings After Tax (EAT), yang biasanya tertera dalam laporan laba rugi dengan istilah profit for the period atau laba tahun berjalan.
Sedangkan total aset adalah keseluruhan kekayaan perusahaan, baik yang bersumber dari kewajiban (liabilitas) maupun ekuitas, dan dapat ditemukan pada bagian neraca laporan keuangan.
Berikut adalah rumus umum untuk menghitung ROA:
ROA = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100
Hasil perhitungan ROA dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Persentase ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aset yang dimiliki.
Makin tinggi nilai ROA, perusahaan akan makin efisien dalam mengelola sumber dayanya untuk memperoleh laba. Sebaliknya, ROA yang rendah menandakan bahwa penggunaan aset belum optimal dan kemungkinan besar perusahaan belum cukup produktif dalam menjalankan operasionalnya.
Contoh Perhitungan ROA
Rumus ROA tentu akan lebih mudah dipahami jika disertai dengan contoh perhitungan. Simak ilustrasi di bawah ini.
Terdapat dua perusahaan dalam industri yang sama, yaitu Perusahaan A dan Perusahaan B. Total aset Perusahaan A sebesar Rp600.000.000 dengan laba bersih sebesar Rp72.000.000.
Sedangkan Perusahaan B memiliki total aset Rp400.000.000 dan laba bersih sebesar Rp60.000.000.
Sekilas, Perusahaan A tampak lebih menguntungkan karena memiliki laba bersih yang lebih besar. Namun, apakah benar Perusahaan A lebih efisien dalam mengelola asetnya? Mari kita bandingkan dengan menghitung nilai ROA masing-masing.
Perhitungan ROA Perusahaan A
ROA = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100%
ROA = (72.000.000 ÷ 600.000.000) × 100%
ROA = 12%
Perhitungan ROA Perusahaan B
ROA = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100%
ROA = (60.000.000 ÷ 400.000.000) × 100%
ROA = 15%
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Perusahaan B memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam menghasilkan keuntungan dari aset yang dimilikinya.
Meskipun nilai asetnya lebih kecil dibandingkan Perusahaan A, tapi Perusahaan B mampu memperoleh laba bersih dengan persentase yang lebih besar terhadap total aset.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan aset lebih besar belum tentu lebih menguntungkan secara efisiensi. Rasio ROA membantu memberikan gambaran lebih objektif dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Kesimpulan
Demikian ulasan lengkap mengenai return on asset (ROA), mulai dari pengertian, cara menghitung, hingga contohnya.
Secara umum, ROA memiliki dua fungsi utama. Pertama, sebagai metode untuk menilai seberapa efisien aset perusahaan digunakan dalam menghasilkan keuntungan.
Kedua, sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu memperoleh laba berdasarkan aset yang dimiliki.
Meskipun masih terdapat beberapa keterbatasan dalam perhitungannya, menerapkan analisis ROA dengan tepat dapat membantu Anda memahami kinerja keuangan perusahaan secara lebih menyeluruh.
Anda bisa melakukan pencatatan aset perusahaan beserta penyusutannya dengan menggunakan software ERP seperti MASERP di mana sudah terintegrasi dengan berbagai fitur bisnis seperti penjualan, pembelian, distributor, manufaktur dan lainnya.
Fitur Fixed Asset di MASERP membantu Anda menghitung penyusutan aktiva tetap dengan akurat sehingga memudahkan Anda dalam mentracking aset Anda seperti kendaraan, mesin, hardware, dan peralatan kantor.
Di fitur Master Fixed Asset MASERP, Anda bisa mencatat informasi seperti lokasi, merk, spesifikasi dan penanggungjawab untuk history lengkap pemindahan aset dari tangan ke tangan.
Software ERP MASERP juga dilengkapi dengan fitur keuangan dan akuntansi lengkap untuk membantu mengelola keuangan perusahaan untuk menghindari human error karena salah perhitungan atau double input.
Segera konsultasikan kendala yang sedang dihadapi dan kebutuhan perusahaan Anda dengan konsultan ahli kami sekarang. GRATIS!