Bukalapak IPO 2021: Berapa Valuasinya? Siapa Investor Besarnya?

Kabar gembira! Bukapalak IPO tahun 2021 ini! Bukalapak menjadi unicorn pertama Indonesia yang resmi melantai di bursa atau IPO (initial public offering). Ini merupakan pencapaian terbaru yang membuktikan bahwa start-up Asia Tenggara, khususnya Indonesia, mulai berkembang dan berpeluang mendapatkan banyak investor publik.

Bukalapak didirikan tahun 2010 oleh Achmad Zaky, Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. E-commerce unicorn ini mampu bersaing di pasar Asia Tenggara bersama dengan Tokopedia, Shopee dan Lazada. Bukalapak memiliki investor besar, seperti Microsoft (MSFT) dan Standard Chartered (SCBFF).

Penasaran dengan Bukalapak IPO ini? Artikel ini akan membahas mengenai harga saham BUKA, kinerja dan valuasinya, siapa saja investornya serta mengapa bisa mengalami RAB di hari ke-4 IPO? Yuk temui jawabannya di bawah ini!

Bukalapak IPO dengan Harga Saham Rp 850,-

Bukalapak memulai penawaran publik dari tanggal 27-30 Juli 2021 kemarin dengan rentang harga penawaran awal Rp 750 – Rp 850. Dalam IPO Bukalapak, mereka menawarkan ke publik sebesar 25.765.504.851 lembar saham dengan harga saham sebesar RP 850 per saham.

Kode saham Bukalapak yang tercatat di Bursa Efek Indonesai (BEI) pada tanggal 6 Agustus 2021adalah BUKA. Rencananya, perusahaan e-commerce ini akan melantai di bursa dengan target pendanaan sebesar Rp 21,9 triliun atau setara dengan 25% dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah melaksanakan IPO.

Pendanaan yang diterima saat IPO akan dialokasikan untuk Employee Stock Allocation (SEA) atau karyawan sebesar 0,05% dari total saham yang ditawarkan ke publik atau setara dengan 14.027.500 lembar saham.

Selain itu juga ada alokasi saham untuk program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP) sebesar 4,91% atau setara 5.060.345.150 lembar saham yang ditempatkan dan disetor setelah penawaran ke publik.

Ada dua penjamin pelaksana emisi efek IPO BUKA yaitu PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas.

Sementara itu penjamin emisi efek lain ada 19 sekuritas terdiri dari PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, dan PT Sinarmas Sekuritas. Lainnya ada PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia.

Baca Juga: Mulai Berinvestasi? Ini 4 Tahapan Membuka Rekening Sekuritas

Kinerja dan Valuasi Bukalapak (BUKA)

IPO ini akan menjadi sejarah pasar modal Indonesia karena Bukalapak menjadi unicorn (start-up dengan valuasi US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun) pertama yang akan listing di papan perdagangan dan nilainya pun rekor.

Dikutip dari katadata.co.id, Bukalapak mencatat total processing value (TPV) sepanjang 2020 mencapai Rp 85,08 triliun atau meningkat hingga 48,25% dari Rp 57,39 triliun pada 2019. Capaian tersebut didominasi oleh transaksi dari kota-kota di luar tier 1 yang mencapai 70%.

Nilai seluruh transaksi rata-rata di Bukalapak di tahun 2020 tercatat sebesar Rp 163.573 (meningkat hingga 105% dari tahun 2019). Nilai itu berasal dari rata-rata nilai transaksi di marketplace Rp 199.045 dan mitra Rp 108.521.

Pembukuan pendapatan Bukalapak tercatat senilai Rp 1,35 triliun di 2020 (naik 25,56% dari tahun 2019 sebesar Rp 1,07). Jika tahun 2018 Bukalapak memperoleh pendapatan Rp 292 miliar, maka tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) mencapai 115%.

Arus kas bersih Bukalapak yang digunakan dalam aktivitas operasi tercatat senilai minus Rp 1,15 triliun pada 2020. Nilai tersebut menurun 62,31% dibandingkan arus kas bersih pada 2019 yang mencapai minus Rp 3,96 triliun.

Sedangkan, arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan Bukalapak pada 2020 tercatat senilai Rp 1,74 triliun (nilainya menurun dari tahun 2019 yaitu 12,82%). Tahun 2019 arus kas bersih dari aktivitas pembiayaa mencapai Rp 2 triliun.

Bukalapak IPO membuat investor terpecah menjadi dua golongan. Pertama, golongan futuris yang rela membeli saham meski startup masih merugi lantaran mempertimbangkan prospek dan investor tradisional yang tidak mau membeli saham mahal tapi masih merugi.

Silva Halim (Managing Director Mandiri Sekuritas) mengatakan bahwa start-up yang sudah berskala big tech sudah tidak lagi bisa menggunakan valuasi konvensional. Jika perusahaan tradisional menggunakan valuasi seperti price to earning ratio, big tech salah satunya menggunakan perbandingan antara gross merchandise value dengan EBITDA (GMV/EBITDA).

Kepala Riset Henan Putihrai Robertus Yanuar Hardy menilai, valuasi Bukalapak terlampau mahal kalau memakai basis GMV lantaran hanya sekitar 1%-2% dari GMV yang bisa dikonversi menjadi pendapatan. Dengan cara ini, valuasi Bukalapak sekitar 1,5, kali, tiga kali lipat di atas Alibaba yang hanya 0,5 kali.

Menurut Robertus, lebih fair bagi investor kalau memakai valuasi perbandingan market cap dengan pendapatan, Kalau menggunakan cara ini ini, valuasi Bukalapak di level Rp 850 sekitar 64,8 kali.

Baca Juga: Cara Menghitung IRR (Internal Rate of Return) untuk Berinvestasi

Siapa Saja Investor Saham BUKA?

Setelah melakukan IPO, pemegang saham perusahaan pun akan terdilusi secara kepemilikan. Apa itu dilusi saham? Dilusi saham adalah menurunnya persentase dari kepemilikan saham sebuah perusahaan karena jumlah saham total bertambah jumlahnya.

PT Kreatif Media Karya yang merupakan anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) memiliki kepemilikan terbesar yaitu 23,93%, turun 31,90% dari kepemilikan sebelumnya.

API (Hong Kong) Investment Limited kepemilikan sahamnya sebanyak 13,05%, turun 17,40% dari kepemilikan sebelumnya. Kepemilikan terbesar ketiga yaitu Archipelago Investment Pte. Ltd, memiliki saham sebanyak 9,45%, turun dari sebelumnya 12,60%.

Kepemilikan dari para pendiri Bukalapak yaitu Achmad Zaky Syaifudin (4,32%), Muhamad Fajrin Rasyid (2,64%) dan Nugroho Herucahyono (2,08%). Lalu, Muhammad Rachmat Kaimuddin sebagai CEO Bukalapak, memegang saham sebesar 0,1%. Komisaris BEI yaitu Pandu Patria Sjahrir juga memiliki saham sebesar 0,01% di Bukalapak.

Pemegang saham lain dengan kepemilikan minor antara lain Microsoft Corporation, Naver Corporation, Mirae Asset-Naver Asia Growth Investment Pte. Ltd., dan UBS AG, London Branch. Setelah IPO ini, publik akan memiliki kepemilikan sebesar 25%.

Di Hari ke-4, BUKA Mengalami ARB 7%

Setelah sahamnya tercatat di BEI tanggal 6 Agustus 2021, empat hari setelahnya tanggal 10 Agustus 2021 saham BUKA anjlok menyentuh ARB (auto reject bawah) sebesar 7%.

Apa itu ARB? ARB adalah kepanjangan dari auto reject bawah, yaitu batas bawah harga saham sebuah perusahaan. Dilansir dari Big Alpha, sejak pandemi Maret 2020 BEI mengubah ketentuan ARB menjadi 7%. Pandemi ini membuat beberapa saham LQ-45 yang mengalami fundamental bagus juga mengalami ARB.

Dari data BEI, saat dibuka saham BUKA sempat hijau di angka Rp 1.130 per lembar, tetapi beberapa menit kemudian sekitar pukul 09.00 WIB nilai per lembar sahamnya turun sampai 4.95% ke angka Rp 1.055.

Sejak hari pertama melantai di bursa, asing sudah menjual saham BUKA sebanyak Rp 997.46 miliar di pasar regular dan sebanyak Rp98.80 di pasar nego dan tunai.

Ini merupakan transaksi saham tertinggi di BEI, transaksi BUKA mencapai Rp 1.01 triliun. BUKA pun mencapai nilai kapitalisasi pasar (market cap) menjadi Rp 106.67 triliun pada Selasa 10 Agustus 2021 lalu.

Kesimpulan

Bukalapak IPO dan tercatat di lantai bursa pada tanggal 6 Agutus 2021, kode sahamnya BUKA. Harga per lembar sahamnya sebesar Rp 850. Apa saham BUKA ini sudah ada di portofolio investasi Anda?

Pembukuan pendapatan Bukalapak tercatat senilai Rp 1,35 triliun di 2020 (naik 25,56% dari tahun 2019 sebesar Rp 1,07). Jika tahun 2018 Bukalapak memperoleh pendapatan Rp 292 miliar, maka tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) mencapai 115%.

PT Kreatif Media Karya yang merupakan anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) memiliki kepemilikan terbesar yaitu 23,93% dari total saham. Setelah IPO ini, publik akan memiliki kepemilikan sebesar 25%.

Apabila perusahaan Anda berencana mencari investor, sebaiknya perlu memperhatikan berbagai hal dari mulai kualitas manajemen, model bisnis hingga kondisi keuangan yang sehat.

Investor tentu saja akan melihat laporan keuangan perusahaan Anda dan mengetahui kas masuk dan kas keluar yang dilakukan. Untuk itu diperlukan software akuntansi yang canggih dengan fitur yang lengkap serta bisa terintegrasi dengan banyak fitur seperti MASERP.

MASERP merupakan software dengan sistem ERP yang memiliki banyak modul yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan Anda. MASERP dapat dicustom sesuai dengan bisnis flow Anda. Untuk bisa mengetahui software MASERP lebih lanjut, Anda bisa langsung konsultasikan dengan konsultan ahli kami, GRATIS!

New call-to-action