Pemilik bisnis atau tim keuangan yang ingin memastikan apakah perusahaan mampu bertahan dari krisis atau penurunan ekonomi tak terduga perlu fokus pada dua indikator penting yaitu modal kerja (working capital) dan arus kas (cash flow). Kedua metrik ini memberikan gambaran berbeda tentang kondisi keuangan perusahaan.
Arus kas menunjukkan seberapa banyak uang yang masuk dan keluar dalam periode tertentu, sementara working capital adalah selisih antara aset lancar (seperti kas dan aset yang mudah dicairkan dalam setahun) dengan kewajiban jangka pendek (seperti gaji, utang, dan biaya operasional).
Perusahaan dengan modal kerja positif cenderung lebih tahan menghadapi guncangan finansial sekaligus punya ruang untuk berinvestasi dalam pertumbuhan setelah memenuhi kewajiban mendesak.
Mari simak penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian working capital, tujuannya, konsepnya, jenis-jenisnya, dan cara menghitungnya!
Apa Itu Working Capital?
Working capital adalah modal kerja bersih yang mencerminkan selisih antara total aset lancar dan liabilitas jangka pendek suatu perusahaan. Dengan kata lain, ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan Anda dalam memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek menggunakan aset yang dimiliki.
Aset lancar yang dimaksud dapat mencakup kas, saldo rekening bank, piutang usaha, maupun persediaan yang dapat segera diuangkan. Sedangkan liabilitas jangka pendek meliputi berbagai utang yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun, seperti utang dagang dan biaya operasional yang belum dibayar.
Jika nilai aset lancar Anda lebih besar daripada liabilitas, perusahaan berada dalam posisi keuangan yang sehat secara operasional. Sebaliknya, jika liabilitas melebihi aset, itu bisa menjadi sinyal potensi kesulitan likuiditas.
Working capital bukan hanya sekadar angka, tapi menjadi indikator penting untuk menilai efisiensi pengelolaan keuangan perusahaan Anda. Nilai ini juga sering digunakan oleh investor dan kreditur sebagai tolok ukur stabilitas keuangan jangka pendek sebuah bisnis.
Bila working capital berada di nilai positif dan proporsional, Anda dapat memastikan bahwa operasional bisnis berjalan lancar, tagihan dapat dibayar tepat waktu, serta peluang pertumbuhan bisnis dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.
Tujuan Working Capital
Pengelolaan modal kerja merupakan tugas utama manajer keuangan perusahaan. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan untuk operasional bisnis digunakan dengan tepat untuk menghasilkan keuntungan yang dapat mendukung perkembangan perusahaan.
Dalam hal ini, manajer keuangan berperan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan sekaligus meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja bisnis.
Seorang manajer keuangan yang sukses akan dapat memberikan kontribusi positif dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya membantu memperkuat posisi perusahaan di pasar dan meningkatkan nilai di mata para investor.
Berikut adalah beberapa tujuan penting dari pengelolaan working capital yang efektif
Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Perusahaan
Working capital memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti pembayaran utang yang segera jatuh tempo, tanpa mengganggu operasional bisnis. Hal ini juga mencakup pengelolaan dana untuk kebutuhan darurat yang tak terduga.
Persediaan Barang Dagang yang Cukup
Modal kerja yang dikelola dengan baik memungkinkan perusahaan memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen, menjaga kepuasan pelanggan, dan kelancaran operasional bisnis.
Pendapatan Tambahan melalui Investasi
Modal kerja dapat digunakan untuk menginvestasikan dana dalam bentuk kredit bagi konsumen dengan syarat yang disesuaikan. Selain itu, investasi ini juga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, menciptakan arus kas yang lebih besar, dan memperluas peluang bisnis.
Pembiayaan Tambahan Melalui Pasar Modal
Modal kerja yang efisien memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan pasar modal, misalnya dengan menjual saham. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan modal tambahan dari investor dan memperkuat posisi finansial.
Optimalkan Penggunaan Aktiva Lancar
Pengelolaan working capital yang baik mendukung pemanfaatan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan dan profitabilitas bisnis sehingga memperkuat kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Jaga Nilai Mata Uang dan Menghadapi Inflasi
Perusahaan dapat memanfaatkan modal kerja untuk mengatasi risiko inflasi dengan menanamkan dana pada investasi yang aman. Hal ini bertujuan untuk memastikan stabilitas finansial perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Konsep Working Capital
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai tiga konsep working capital yang dicetuskan oleh Munawir (2010).
Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif berfokus pada jumlah dana yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan dalam jangka pendek. Perusahaan harus memastikan bahwa aktiva lancar yang dimilikinya cukup untuk menutupi kewajiban yang jatuh tempo, seperti gaji, bahan baku, dan biaya operasional lainnya.
Dalam hal ini, aktiva lancar mencakup kas, piutang, dan persediaan harus cukup besar agar operasional bisnis dapat berjalan tanpa kendala.
Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif lebih menekankan pada kualitas modal kerja. Bisa dikatakan bahwa konsep ini untuk memastikan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada utang jangka pendek yang harus dibayar.
Modal kerja yang bersumber dari pinjaman jangka panjang atau kontribusi pemilik lebih stabil, dibandingkan dengan yang berasal dari utang jangka pendek. Pendekatan ini penting untuk menjaga kestabilan keuangan perusahaan.
Konsep Fungsional
Konsep fungsional berfokus pada penggunaan dana modal kerja untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional bisnis sehari-hari yang mendukung produksi dan penjualan sehingga perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.
Dengan pengelolaan yang baik, modal kerja dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional, mempercepat perputaran persediaan, dan mengurangi waktu piutang, yang pada akhirnya akan meningkatkan margin keuntungan.
Konsep fungsional ini menunjukkan bahwa perusahaan harus memanfaatkan dana yang ada untuk mempercepat aliran kas, menekan biaya operasional, dan meningkatkan Return on Investment (ROI).
Jenis-Jenis Working Capital
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa jenis modal kerja yang perlu Anda ketahui, beserta fungsinya masing-masing.
Gross Working Capital
Gross working capital adalah total investasi perusahaan dalam aset lancar yang mudah dicairkan. Jenis aset ini termasuk uang tunai, deposito, piutang dagang, serta persediaan barang yang siap diproduksi atau dijual.
Modal kerja kotor memberikan gambaran menyeluruh tentang likuiditas perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset yang ada. Pengelolaan yang tepat terhadap aset lancar ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan operasional bisnis.
Net Working Capital
Net working capital adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Jenis working capital ini adalah ukuran utama yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa mengorbankan operasional yang berjalan.
Jika nilai modal kerja bersih positif, berarti perusahaan memiliki cukup aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, jika negatif, perusahaan mungkin menghadapi masalah likuiditas yang dapat mengganggu operasional bisnis sehari-hari.
Permanent Working Capital
Modal kerja permanen adalah jumlah dana yang selalu diperlukan perusahaan untuk menjalankan operasi dasar secara terus-menerus. Modal ini tidak terpengaruh oleh fluktuasi musiman atau perubahan dalam permintaan.
Biasanya, modal kerja permanen digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pembelian bahan baku, pemeliharaan fasilitas, dan pengeluaran operasional lainnya yang bersifat jangka panjang.
Makin besar ukuran bisnis, tinggi pula kebutuhan modal kerja permanen yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi.
Temporary Working Capital
Modal kerja sementara dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sementara, biasanya dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan musiman atau proyek-proyek sementara yang membutuhkan dana ekstra.
Misalnya, usaha retail atau perusahaan pakaian akan membutuhkan modal kerja tambahan menjelang musim liburan untuk mempersiapkan stok barang yang lebih banyak.
Modal ini dapat berkurang setelah musim tertentu berakhir dan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam mengatur pengeluaran operasional.
Regular Working Capital
Regular working capital adalah modal yang digunakan untuk menutupi pengeluaran operasional bisnis sehari-hari dalam kondisi normal. Ini mencakup pembayaran rutin seperti gaji karyawan, pembelian bahan baku, biaya listrik, dan biaya operasional lainnya.
Modal kerja ini mencerminkan kebutuhan dasar yang harus ada agar perusahaan bisa terus beroperasi tanpa hambatan, serta memungkinkan kelancaran kegiatan operasional bisnis sehari-hari.
Reserve Margin Working Capital
Modal kerja cadangan atau reserve margin digunakan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga, seperti krisis ekonomi, bencana alam, atau keadaan darurat lainnya.
Jenis working capital ini adalah cadangan dana yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi fluktuasi tidak terduga dalam pengeluaran atau penurunan pendapatan. Dengan menjaga cadangan yang cukup, memungkinkan perusahaan untuk tetap stabil meskipun menghadapi tantangan ekonomi atau operasional bisnis.
Seasonal Working Capital
Modal kerja musiman adalah dana yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi lonjakan permintaan yang terjadi pada waktu tertentu dalam setahun. Biasanya digunakan dalam bisnis yang bergantung pada musim atau periode tertentu, seperti penjualan pakaian musim dingin, produk liburan, atau sektor pertanian.
Modal kerja musiman memungkinkan perusahaan untuk membeli bahan baku tambahan atau memperluas kapasitas produksi selama periode puncak permintaan.
Special Working Capital
Modal kerja khusus digunakan untuk kebutuhan jangka pendek yang tidak terduga, seperti biaya promosi produk baru, kecelakaan, atau kerusakan peralatan produksi.
Jenis working capital ini adalah dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya dan seringkali digunakan untuk menghadapi situasi darurat yang memerlukan respon cepat. Modal ini penting untuk mempertahankan kelancaran operasional meskipun ada kejadian yang tidak diinginkan.
Cara Menghitung Working Capital
Cara pertama untuk menghitung working capital adalah mengumpulkan data aset perusahaan seperti uang tunai, saldo rekening, piutang yang belum dibayar, inventaris, dan aset lain yang bisa dicairkan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Kemudian, catat liabilitas perusahaan seperti utang tagihan, gaji yang belum dibayar, kewajiban pajak, dan cicilan utang yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Rumus perhitungan working capital sebagai berikut.
Working Capital = Current Assets – Current Liabilities
Contohnya, jika perusahaan memiliki aset Rp500.000.000 dan utang Rp50.000.000, working capital yang dimiliki adalah Rp450.000.000. Bisa diartikan, perusahaan dapat membayar utangnya.
Namun, meskipun working capital positif, analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami kondisi finansial perusahaan secara lebih mendalam. Rasio seperti current ratio, quick ratio, dan receivables ratio bisa digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.
Working Capital Ratio
Working capital ratio adalah alat yang digunakan untuk menilai kesehatan keuangan jangka pendek suatu perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki.
Menghitung working capital ratio penting dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki cukup dana untuk menjalankan operasional sehari-hari tanpa menghadapi kesulitan finansial. Rasio ini juga memberikan gambaran seberapa efisien perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk mendukung pertumbuhannya.
Misalnya, jika perusahaan memiliki aset Rp500 juta dan utang Rp50 juta, berapa working capital ratio-nya?
Working Capital Ratio = Rp500.000.000 / Rp50.000.000 = 10
Rasio 10 menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang baik. Idealnya, rasio ini lebih dari 2, yang menandakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Namun, rasio di bawah 1 menunjukkan bahwa perusahaan mungkin kesulitan dalam membayar utangnya.
Modal kerja yang sehat adalah yang memungkinkan perusahaan melunasi utang tanpa mengganggu operasional. Namun, terlalu banyak aset yang tidak dapat dicairkan bisa jadi masalah, karena uang tunai untuk operasional menjadi terbatas.
Kesimpulan
Demikian penjelasan mengenai working capital. Konsep ini penting untuk Anda pahami jika Anda sedang atau berencana menjalankan bisnis.
Working capital adalah sumber daya yang digunakan perusahaan untuk menjalankan operasional bisnis sehari-hari dan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Modal kerja dapat berasal dari berbagai tempat, seperti pinjaman, investasi pemilik, atau laba ditahan. Pastikan Anda memilih sumber modal yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan usaha Anda, ya.
Sebuah bisnis perlu melakukan manajemen modal kerja untuk mengoptimalkan pengeluaran dalam sebuah tingkatan penjualan, memperoleh dana dari investor karena memiliki rasio keuangan yang positif, dapat menghargai modal kerja sehingga pembayaran kebutuhan selalu dilakukan tepat waktu, dan memiliki proteksi dari krisis modal kerja.
Laporan keuangan sebaiknya dicatat dan disajikan dengan benar dan akurat sesuai dengan standar akuntansi, untuk memudahkan hal ini Anda dapat menggunakan software ERP seperti MASERP. Dengan MASERP, Anda dapat melakukan pencatatan dan pengelolaan 300+ laporan secara real-time, kapan pun dan dimana pun.
Software ERP MASERP memliki fitur dan modul lengkap seperti manufaktur, persediaan barang, penjualan, pembelian, supplier, customer, akuntansi dan keuangan, aset tetap, multi cabang, multi gudang, dan masih banyak lagi.
Segera konsultasikan kebutuhan bisnis Anda sekarang dengan konsultan ahli kami sekarang, gratis!