Profit Center: Cara Mudah Membuat Laporan Profit dengan Software

Setiap kegiatan atau kinerja yang dijalankan perusahaan memiliki indikator tertentu untuk dapat dikatakan mencapai keberhasilan, baik itu mencapai target penjualan, meningkatkan return on investment, meningkatkan customer acquisition, dan lain-lain. Profit center adalah satu departemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan profit atau laba perusahaan. Nantinya, hasil kinerja profit center pun perlu dievaluasi, apakah sudah mencapai target atau perlu ada strategi untuk meningkatkannya. Untuk memahami lebih lanjut, yuk simak pembahasannya di bawah ini!

Apa Itu Profit Center?

Profit center adalah departemen yang memiliki tanggung jawab menghasilkan profit atau laba secara langsung. Umumnya digunakan oleh perusahaan yang memiliki banyak bisnis terpisah seperti Unilever dan Paragon. Mereka akan membuat pengeluaran seminimal mungkin tetapi juga dapat menghasilkan laba maksimal.

Profit center akan membantu perusahaan dalam budgeting, menghasilkan laba, meningkatkan return on investment dan mengumpulkan data untuk pembuat keputusan. Berdasarkan jenisnya, profit center dapat berupa departemen atau entitas independen.

Jenis Responsibility Center

Kebijakan desentralisasi sebuah perusahaan dapat berdasarkan pada saat menetapkan jenis pusat tanggung jawab (responsibility center). Apa saja jenis responsibility center tersebut?

Revenue Center

Dalam revenue center, manager bertanggung jawab pada pencapaian revenue tim atau anak perusahaan. Salah satu contoh dari revenue center adalah departemen penjualan atau sales. Di departemen ini, manajer yang akan mengelola channel dan penjualan agar bisa memperoleh pendapatan (revenue) yang maksimal. Tidak jarang manajer akan memiliki target dari penjualan, winning rate, customer acquisition, market share, turnover rate, loyalty rate, dan lain-lain.

Cost Center

Kalau jenis cost center, manager tim akan bertanggung jawab pada pengelolaan biaya. Contoh dari cost center seperti departemen marketing, IT, produksi, pengadaan, HR dan lain-lain. Costing dalam perusahaan bisa berupa biaya discretionary dan engineering. Biaya discretionary adalah biaya yang muncul karena ada kebijakan dari perusahaan. Contoh dari biaya discretionary yaitu biaya pelatihan, development teknologi, marketing dan iklan, perencanaan, dan lain sebagainya.

Sedangkan biaya engineering itu biaya variabel dan biaya langsung untuk objek tertentu seperti tenaga kerja langsung atau biaya sewa bangunan. Department cost center memiliki indikator keberhasilan seperti efisiensi dan efektivitas anggaran, apakah biaya yang dikeluarkan terlalu besar atau memang sedikit tetapi hasilnya maksimal.

Baca Juga: Mengenal Capital Budgeting, Apa Saja Tahapan Metodenya?

Profit Center

Pada jenis profit center atau pusat laba, manager departemennya memiliki tanggung jawab pada pencapaian keuntungan atau laba yang diperoleh. Laba diperoleh apabila pendapatan lebih besar dari beban dan biaya yang dikeluarkan. Contoh yang sering kita temui dari profit center yaitu Unilever dan Indofood, mereka memiliki banyak produk sendiri di dalam sebuah perusahaan. Indikator keberhasilannya adalah target profit, profit margin atau profit growth.

Investment Center

Kalau di tipe sebelumnya manager bertanggung jawab pada pencapaian laba, pada jenis ini manager juga memiliki indikator pada aset atau modal yang dimiliki perusahaan. Contoh dari jenis ini adalah pada saat perusahaan membuat perencanaan dan strategi anak perusahaan. Keberhasilannya yaitu pada return on assets, return on investment, return on equity dan economic value added.

Evaluasi Profit Center

Setiap karyawan dan departemen yang sudah mengerjakan tanggung jawabnya juga perlu dievaluasi agar bisa memperbaiki kekurangan atau membuat strategi baru untuk meningkatkan kinerja. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa indikator keberhasilan dari profit center adalah pencapaian target laba. Umumnya, ada dua metode yang digunakan perusahaan untuk menghitung profit yaitu absorption costing dan variable costing.

Yang membedakan dua metode itu ada pada perlakuan biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tetap. Kalau dengan absorption costing, seluruh biaya variabel dan biaya tetap menjadi perhitungan dalam penentuan biaya produk atau jasa. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung.

Nah, kalau dengan variable costing, biaya variabel masuk ke dalam biaya produk atau jasa dan biaya overhead masuk sebagai periodic expenses

Perbedaan ketika menggunakan costing untuk menghitung keuntungan dipengaruhi oleh unit yang diproduksi dan terjual. Kalau unit yang diproduksi jumlahnya lebih besar dari yang dijual, maka menggunakan absorption costing akan memperoleh laba lebih besar, daripada kalau dihitung menggunakan variable costing.

Nilai laba akan balance kalau dihitung dengan cara absorption dan variable costing kalau unit yang diproduksi dan yang dijual jumlahnya sama.

Kinerja profit center juga bisa diukur dengan segment reporting, terutama kalau perusahaan mempunyai banyak unit bisnis. Prinsip dari metode ini adalah pengelompokkan biaya tetap menjadi biaya tetap langsung dan biaya tetap bersama. Biaya tetap langsung akan langsung masuk ke tiap segment sehingga biaya ini dapat dihindari (avoidable expenses). Maksudnya adalah kalau salah satu segmen hilang karena produk tidak menjual atau prospeknya tidak baik, maka biaya ini bisa dihilangkan.

Contoh Kinerja Profit Center

Hasil kerja profit center bisa dengan cara membandingkan rencana anggaran dengan biaya aktual yang sudah dikeluarkan. Contohnya produk snack balita membuat anggaran 50.000.000 untuk biaya operasional dan renovasi toko. Kalau pengeluaran aktual kurang dari 50.000.000 berarti toko berjalan dengan baik tetapi kalau biayanya melebihi 50.000.000, profitabilitas bisnis perlu dievaluasi.

Contoh profit center yaitu toko souvenir di hotel, departemen khusus di supermarket, lini produk tertentu di perusahaan manufaktur, cafe di rumah sakit dan lain sebagainya.

Membuat Laporan Profit dengan Software Akuntansi

Bagi perusahaan yang sudah memiliki multi cabang, banyak transaksi dan konsumen, pasti akan kesulitan jika data profitnya tidak berada di database terpusat. Perusahaan seperti itu sudah perlu menggunakan software dalam kegiatan operasi sehari-harinya. MASERP sebagai software ERP yang memiliki modul keuangan dan ratusan laporan siap cetak juga menyediakan laporan laba untuk perusahaan. Anda bisa melihatnya di fitur Daftar Laporan lalu ke menu Laporan Penjualan.

Laporan Profit MASERP
Laporan Profit MASERP

Laporan Profit MASERP
Laporan Profit MASERP

Baca Juga: ERP Software Indonesia: Kelebihan dan Fitur Lengkap MASERP!

Kesimpulan

Profit center akan membantu perusahaan dalam budgeting, menghasilkan laba, meningkatkan return on investment dan semacamnya. Sebuah perusahaan yang memiliki kebijakan desantralisasi memiliki berbagai macam jenis dalam hal tanggung jawab kerja seperti profit center, cost center, revenue center dan investment center. Setiap karyawan dan departemen yang sudah mengerjakan tanggung jawabnya juga perlu dievaluasi agar bisa memperbaiki kekurangan atau membuat strategi baru untuk meningkatkan kinerja. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa indikator keberhasilan dari profit center adalah pencapaian target laba. Umumnya, ada dua metode yang digunakan perusahaan untuk menghitung profit yaitu absorption costing dan variable costing.

Sistem ERP memang memerlukan investasi yang lumayan mahal, tetapi jika bisnis Anda membutuhkan solusi menyeluruh bagi operasional bisnis, menggunakan software akuntansi MASERP adalah solusi terbaik dalam mengoptimalkan proses ini.

MASERP dapat digunakan untuk lebih dari satu entitas perusahaan tanpa biaya tambahan. Dengan database SQL server, MASERP kuat menampung jutaan transaksi dan tidak akan corrupt.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang software MASERP yang akan memberikan banyak kemudahan pada perusahaan Anda, langsung saja konsultasikan apa yang Anda butuhkan kepada konsultan ahli kami sekarang. Gratis!