Penjualan Konsinyasi: Kelebihan, Sistem Penjualan dan Contoh

Setiap pelaku usaha, pastinya ingin bisnisnya dapat berkembang secara baik dengan melakukan banyak metode dan strategi penjualan secara menyeluruh. Selain menjajakan barang secara langsung kepada konsumen, ada strategi lain yang memang kerap kali sudah tidak asing lagi dalam dunia bisnis yaitu penjualan konsinyasi.

Untuk diketahui, sistem konsinyansi ini biasanya digunakan oleh pihak penjual pertama dengan iming-iming bonus kepada pada consignee agar mereka semakin semangat berstrategi demi terjualnya barang. Yuk ketahui lebih banyak mengenai penjualan konsinyasi beserta kelebihan, syarat perjanjian, dan contohnya di artikel ini.

Pengertian Penjualan Konsinyasi

Konsinyasi dikenal secara luas berupa perjanjian antara si penjual (consignor) dan penyalur konsinyasi (consignee) yang tentunya memiliki tujuan sama, yaitu lakunya sebuah barang.

Metode tersebut memungkinkan pemilik dapat menjual barangnya lebih cepat dan mudah, tentu juga keduanya memiliki hubungan mutualisme. Penjual akan laku barangnya, si penyalur dapat komisi besar.

Makin banyak barang yang laku, maka pemberian komisi dari penjual ke penyalur juga sepadan. Sering disebut sebagai penitipan barang dagangan kepada agen untuk dijual dengan melakukan pembayaran, secara sederhananya agar lebih sama-sama untung.

Strategi tersebut sudah menjadi pilihan banyak kalangan dan disebut saling menguntungkan, tapi ternyata ada kekurangannya juga. Berikut rangkuman terkait kelebihan dan kekurangan metode penjualan konsinyasi.

Baca Juga: 9 Metode Analisis Penjualan untuk Tingkatkan Revenue

Kelebihan dan Kekurangan Penjualan Konsinyasi

Pertama, metode penjualan konsinyasi dapat memperluas pasar produk dan menghemat biaya promosi. Jangkauan pengenalan kepada konsumen akan semakin dekat, tentu sejalan dengan penghematan biaya SDM.

Dana yang awalnya bisa dialokasikan pada biaya SDM (sumber daya manusia) dan melakukan strategi iklan jor-joran, dapat dimanfaatkan dengan mempekerjakan lebih banyak agen untuk turun ke lapangan langsung.

Tidak hanya itu, fokus konsumen tidak akan terbagi dan hanya kepada produk tersebut. Sementara bagi penyalur, juga akan menerima bonus, di luar gaji utama mereka sebagai sales.

Selain itu bagi penjual, akan menurunkan resiko kerugian karena ada beberapa bisnis yang mengharuskan penyalurnya untuk membeli suatu barang sebelum memulai teknik penjualan konsinyasi.

Berikutnya, penambahan produk juga meningkat. Namun, resiko kekurangan juga lebih besar. Apalagi bagi pihak penyalur, karena memastikan barang terjual laku dan disukai konsumen bukan hal mudah.

Bahkan, adanya jenis promosi yang tidak sesuai adalah masalah lainnya. Apalagi bonus penjualan tidak dapat diterima langsung, tanggung jawab penyalur dalam memastikan produk laku hingga biaya operasional penggantian, jika tidak laku.

Secara garis besar, kekurangan strategi penjualan konsinyasi akan lebih terasa dari pihak penyalur. Meskipun si penjual juga beresiko, sementara keuntungannya akan sama-sama imbang kepada keduanya.

Baca Juga: Rekomendasi Software Faktur Penjualan untuk Berbagai Bisnis

Sistem Penjualan Konsinyasi

Jika Anda sudah mengetahui dengan jelas terkait sistem bisnis penjualan konsinyasi dan berniat untuk memulai melakukannya, simak beberapa tips agar bisnis yang dijalankan bisa berkembang dan laku di pasaran.

Tentunya, Anda harus mengetahui cara kerja, manfaat, kekurangan, serta contoh konsinyasi dalam transaksi bisnis sehari-hari yang terlampir di akhir artikel.

Tips lainnya yaitu dengan pintar-pintar memilih rekan kerjasama yang berpengalaman dan dipastikan dapat sukses melakukan penjualan dalam jangka waktu panjang, secara signifikan.

Susun perjanjian dan pembagian keuntungan dengan detail di atas hitam putih atau keterangan tertulis, pastikan si penyalur memang pihak yang dipercaya dapat mengembangkan bisnis Anda.

Selain itu, tetapkan penilaian karakter terhadap sikap mereka. Apakah benar sesuai dengan kriteria kepribadian yang Anda inginkan? Mungkin bisa menilai si penyalur dari postingan media sosialnya.

Terakhir, pastikan pengaturan produk tertata dengan baik. Mulai dari keselarasan penjualan, pengenalan produk kepada penyalur hingga strategi bisnis akan dipasarkan dimana saja.

Sebelum mulai untuk menerapkan sistem tersebut, simak dulu syarat perjanjian konsinyasi. Pastikan hal tersebut saling menguntungkan kedua belah pihak, baik si penyalur barang atau pun pemilik usaha.

Syarat Perjanjian Konsinyasi

Seperti kesepakatan para pihak mengenai isi perjanjian, tanpa ada paksaan dari siapapun dan kecakapan para pihak terkait objek yang diperdagangkan dapat dipertanggung jawabkan secara baik.

Masukkan beberapa komponen seperti deskripsi barang konsinyasi, jangka waktu antar pengiriman dan caranya hingga potensi kerugian atau kerusakan serta pengakhiran perjanjian dengan jaminan terpercaya seperti Klausul Arbitrase.

Akhiri semua proses dengan penandatangan hitam di atas putih menggunakan materai, sehingga jika terjadi kecurangan di masa mendatang, dapat melaporkan dan membawa masalah ke ranah hukum.

Hal tersebut akan memudahkan sistem hukum untuk mendeteksi kecurangan yang mungkin terjadi di masa depan, seperti perbudakan pekerja oleh pelaku usaha atau tidak tanggung jawabnya si penyalur.

Baca Juga: Pahami 3 Jenis Sistem Penjualan Langsung

Contoh Penjualan Konsinyasi

Ada beragam contoh penjualan konsinyasi seperti produk kosmetik dengan penerapan sistem MLM (multi level marketing) atau contoh lainnya penjual smartphone yang menggunakan jasa SPG (Sales Promotion Girl).

Contoh lain, Anda sebagai produsen sepatu ingin menjual produk Anda di toko retail di kota Anda. Anda dan pemilik toko memiliki kesepakatan menitipkan barang selama 60 hari sebanyak 100 pasang. Jika dala, 60 hari sepatu ada sisa yang tidak terjual, maka akan dikembalikan kepada Anda sebagai produsen.

Kesimpulan

Konsinyasi dikenal secara luas berupa perjanjian antara si penjual (consignor) dan penyalur konsinyasi (consignee) yang tentunya memiliki tujuan sama, yaitu lakunya sebuah barang.

Makin banyak barang yang laku, maka pemberian komisi dari penjual ke penyalur juga sepadan. Sering disebut sebagai penitipan barang dagangan kepada agen untuk dijual dengan melakukan pembayaran, secara sederhananya agar lebih sama-sama untung.

Bagi perusahaan yang sudah berskala besar dengan nilai transaksi penjualan mencapai ribuan produk per harinya pasti akan kesulitan mencatat data apabila masih dilakukan secara manual. Hal tersebut tentu akan berpeluang menyebabkan kesalahan perhitungan dan malah menyebabkan perusahaan merugi.

Berinvestasi di software untuk bisnis terkadang masih underrated bagi banyak pemilik bisnis. Padahal itu merupakan investasi, dengan menggunakan software maka kinerja perusahaan dapat lebih cepat dan aman. MASERP sebagai software ERP dapat menjadi solusi terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda. 

MASERP memiliki modul dan fitur lengkap seperti penjualan, pembelian, keuangan, manufaktur, distribusi, aset tetap, karyawan, inventory, pajak, 300+ laporan siap cetak dan masih banyak lagi. Software ini dapat dipasang di server kantor atau di cloud. Kelebihan pemasangan di server kantor, Anda bisa menggunakan program walaupun internet mati.

MASERP dapat digunakan untuk lebih dari satu entitas perusahaan tanpa biaya tambahan. Dengan database SQL server, MASERP kuat menampung jutaan transaksi dan tidak akan corrupt.

Yang membedakan MASERP dengan vendor lain, MASERP dapat dicustom sesuai dengan bisnis flow perusahaan Anda dan dapat juga diintegrasi dengan software lain. Biarkan software yang beradaptasi dengan bisnis flow Anda, bukan Anda yang mengikuti flow software.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang software MASERP yang akan memberikan banyak kemudahan pada perusahaan Anda, langsung saja konsultasikan apa yang Anda butuhkan kepada konsultan ahli kami sekarang. Gratis!

New call-to-action