Kenali Jenis dan Tahapan Software Testing

Untuk memastikan software Anda memiliki kualitas tinggi, harus ada cara untuk mendeteksi kesalahan di dalamnya. Software testing adalah solusi penting untuk masalah ini bagi perusahaan software developer.

Pelanggan yang menggunakan produk Anda, terutama produk software, pasti tidak ingin menemukan kendala ketika menggunakannya. Mereka pasti ingin tujuannya tercapai di sebuah software seperti pembelian barang, pengiriman uang, mencetak laporan keuangan, dan lain-lain.

Apakah Anda ingin mengetahui apa itu software testing? Mengapa proses ini penting? Apa saja jenis dan tahapannya? Temukan jawabannya di bawah ini, baca sampai habis ya!

Pengertian Software Testing

Software testing adalah proses memeriksa kesalahan pada produk yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Anda. Software diperiksa apakah ada ditemukan kesalahan, gaps, atau requirements yang hilang.

Testing merupakan proses kedua sebelum semuanya berakhir, dilakukan sebelum produk muncul ke pasar. Testing meliputi pemeriksaan, analisis, observasi dan evaluasi produk dari berbagai aspek.

Software testing memakai kombinasi antara uji manual dan menggunakan tools. Penguji akan melaporkan hasil uji softwarenya ke tim developer jika menemukan kesalahan pada produk. Sebuah produk perlu diuji terlebih dahulu sebelum dijual ke pasar agar para pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas.

Mengapa Software Testing Penting?

Tidak sedikit startup yang terkadang melewati proses software testing karena alasan biaya. Bisnis yang melewatkan proses ini beranggapan bahwa tidak akan ada pengaruhnya, padahal bisa saja malah menimbulkan dampak besar.

Produk yang dipakai pelanggan harus menjadi yang terbaik seperti tidak ada bug, secara UX (user experience) jelas, dan lain sebagainya agar Anda mendapatkan loyalitas dari pelanggan lama dan pelanggan baru lebih banyak.

Contoh yang sering ditemukan dalam dunia nyata, ketika sebuah brand mengadakan promo besar-besaran dan websitenya mendapatkan banyak sekali traffic. Website tidak bisa menanggung traffic dan menyebabkan website down, banyak pembatalan pesanan, dan masalah lainnya. Tentu saja reputasi perusahaan Anda akan berpengaruh buruk jika kondisi itu terjadi.

Apabila software sudah diluncurkan ke pasaran dan mengalami kesalahan, banyak sekali efek yang akan dihadapi seperti misalnya denda karena bank tidak dapat memproses pembayaran, pelanggaran data, dan lain-lain.

Perusahaan besar perlu mempertahankan kesan baik dari pelanggannya. Pastikan produk yang diterima dan digunakan oleh pelanggan tidak ada cacat. Alasan mengapa software testing penting untuk mengembangkan software yang lebih baik, antara lain:

Meningkatkan Kualitas Produk

Sebuah bisnis dapat memberikan value kepada pelanggan apabila produk yang dipakai pelanggan tersebut baik kualitasnya (tidak ada masalah apapun ketika digunakan). Agar value dapat diterima pelanggan, pastikan produk yang Anda jual bebas dari bug.

Bisnis Anda harus fokus pada uji aplikasi dan perbaikan bug sebelum merilis produk ke pasaran. Ketika masalah dapat diselesaikan sebelum produk dipakai pelanggan, kualitas hasil kerja pun akan meningkat.

Meningkatkan Keamanan

Ketika pelanggan menggunakan software, mereka pasti menginput data pribadi seperti nama, nomor handphone, email dan lain sebagainya.

Agar hacker tidak mendapatkan data ini, uji keamanan software adalah hal wajib untuk memastikan produk aman. Dengan begitu, pelanggan pun akan merasa aman dan percaya menggunakan software Anda.

Misalnya, aplikasi m-banking atau e-commerce memerlukan informasi pembayaran. Apabila developer tidak memperbaiki bug yang berhubungan dengan keamanan, masalah ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar.

Keamanan data adalah hal penting

Hal lain dari keamanan produk adalah pelanggan tidak kehilangan data. Saat ini, banyak orang yang menggunakan cloud sebagai tempat menyimpan file, seperti Google Drive dan iCloud.

Bagaimana jika ada kesalahan dan pelanggan kehilangan semua data? Ini akan menjadi mimpi buruk bagi perusahaan Anda, bukan? Keamanan produk tidak hanya melindungi informasi dari hacker tetapi juga memastikan data tidak hilang atau rusak.

Menyesuaikan dengan Berbagai Device dan Platform

Dulu mungkin banyak orang terbiasa menggunakan desktop berlayar besar untuk bekerja dan memakai software, tetapi saat ini di zaman semua software dan aplikasi dapat digunakan di smartphone atau tablet, melakukan uji penyesuaian software di berbagai device adalah sebuah keharusan.

Contohnya, perusahaan Anda mengembangkan sebuah website. Penguji (tester) harus memeriksa website tersebut dapat digunakan dengan baik di device yang memiliki ukuran berbeda, begitu juga browser berbeda.

Software yang berfungsi baik di Chrome mungkin tidak berjalan baik di Safari atau Opera, sehingga perlu diuji antar browser.

Baca Juga: Lengkap! Ini 12 Jenis Utility Software yang Perlu Anda Gunakan!

Jenis Software Testing

Software testing banyak sekali kategorinya. Misalnya, Anda dapat mengkategorikan jenis testing menjadi manual atau otomatis. Dalam pengujian otomatis, pengujian dapat berupa code-based atau codeless, Anda juga dapat menggunakan cara hybrid yang menggabungkan keduanya.

Testing dapat dikategorikan dalam seberapa banyak implementasi internal dari sistem yang diuji. Kriteria ini dapat diklasifikasikan menjadi white-box, black-box atau grey-box. Testing dapat juga dikelompokkan menjadi fungsional dan non-fungsional, tergantung apakah testing tersebut membuktikan persyaratan bisnis untuk aplikasi tersebut.

Fungsional

Pengujian fungsional adalah proses verifikasi setiap fungsi aplikasi atau software sebelum diluncurkan ke pelanggan. Penguji melakukan verifikasi fungsionalitas dengan serangkaian persyaratan yang ditentukan. Source code software atau aplikasi tidak berperan besar dalam pengujian ini. Menguji behavior (tindakan) software perlu menjadi perhatian.

Jenis pengujian fungsional meliputi:

  • Unit testing: memeriksa tiap komponen software untuk menguji apakah komponen bertindak sesuai dengan persyaratan atau tidak.
  • Integration testing: menguji komponen atau modul individual setelah digabungkan dalam grup.
  • System testing: memastikan integrasi dan kelengkapan software beserta spesifikasinya berjalan baik sesuai rencana.
  • Sanity testing: menguji penalaran logis terkait dengan kerja program.
  • Smoke testing: menguji fungsionalitas sederhana dan dasar seperti apakah pengguna dapat masuk atau keluar software tersebut.
  • Interface testing: memeriksa apakah komunikasi antara dua sistem software berjalan dengan benar.
  • Regression testing: salah satu fase testing yang paling penting dan lama dari seluruh aplikasi dijalankan setelah fungsionalitas baru diterapkan.
  • Beta testing: pengguna yang diminta mencoba produk dan melaporkan bug.

Non-Fungsional

Non-fungsional testing mempertimbangkan beberapa parameter seperti keandalan (reliability), kegunaan (usability), dan kinerja (performance). Non-fungsional testing salah satunya adalah memeriksa berapa banyak pengguna yang dapat masuk ke sistem secara bersamaan.

Jenis pengujian non-fungsional antara lain:

  • Performance testing: performa atau kecepatan aplikasi diuji di bawah beban kerja yang dibutuhkan.
  • Load testing: menguji perilaku aplikasi di bawah beban kerja yang besar. Jadi, jika Anda menguji website, load testing memeriksa fungsionalitas dan kinerja website dalam traffic tinggi.
  • Stress testing: menentukan kekuatan software dengan menilai apakah dapat bekerja di luar operasi biasa atau tidak.
  • Volume testing: menguji kinerja sistem dengan menempatkan database ke volume data yang lebih besar.
  • Security testing: untuk memeriksa apakah sistem terlindungi dari serangan mendadak atau disengaja dari sumber internal dan eksternal.
  • Compatibility testing: untuk memeriksa apakah aplikasi layak dengan berbagai website. Misalnya, apabila Anda menguji aplikasi website, pengujian kompatibilitas berhubungan dengan cara kerja website pada browser atau device yang berbeda.
  • Install testing: memeriksa apakah produk berfungsi sesuai harapan setelah pemasangan di device pengguna.
  • Recovery testing: untuk menentukan kapasitas aplikasi untuk pulih dari kerusakan dan kegagalan hardware.
  • Reliability testing: memeriksa apakah aplikasi dapat melakukan tugas tertentu tanpa kegagalan dalam jangka waktu tertentu. Misal, Anda sedang menguji aplikasi mining cryptocurrency, skenarionya adalah aplikasi dapat mengeksplor terus-menerus selama 8 jam tanpa henti merupakan sesuatu yang Anda cari selama pengujian ini.
  • Usability testing: menggali kemudahan penggunaan akhir (end user) dalam mempelajari, mengoperasikan, serta menyiapkan input dan output.
  • Compliance testing: menentukan kepatuhan sistem dengan standar eksternal dan internal.
  • Localization testing: memeriksa behavior sebuah produk sesuai dengan pengaturan dan lingkungan lokal atau budaya.

Baca Juga: Open Source: Jenis, Kelebihan dan Contoh Softwarenya

Proses Software Testing

Seperti proses lainnya, software testing juga dibagi menjadi cara yang berbeda. Urutan cara ini sering dikenal sebagai siklus hidup (life cycle) software testing. Yuk kita lihat cara singkatnya:

Perencanaan

Setiap proses dimulai dengan perencanaan. Di tahap ini, Anda mengumpulkan semua detail yang diperlukan mengenai produk, termasuk daftar tugas yang harus diuji terlebih dahulu. Apabila Anda melakukan uji setelah perbaikan bug, berarti Anda ingin mengetahui bug yang terjadi dan apa tindakan ideal yang perlu dilakukan.

Anda harus memprioritaskan daftar tugas Anda. Apabila melibatkan tim, maka pembagian tugas kepada tim sesuai kompetensi juga dapat dilakukan di tahap ini.

Persiapan

Setelah mengetahui apa yang harus Anda lakukan, Anda harus membuat list persiapan untuk pengujian termasuk menyiapkan environment pengujian (termasuk sistem operasi, database, dan tools), mengumpulkan kasus, meneliti fitur produk, dan persiapan lainnya.

Eksekusi

Tahap ini adalah saat Anda benar-benar menjalankan tes pada produk. Anda menguji kasus dan mengumpulkan hasilnya. Setelah itu, Anda membandingkan hasilnya dengan hasil yang diharapkan dan melihat apakah produk tersebut berfungsi seperti yang diharapkan atau tidak. Jangan lupa untuk mendokumentasikan dengan mencatat semua testing dan kasus yang berhasil dan gagal.

Pelaporan

Ini adalah tahap terakhir software testing, dokumentasi dari semua temuan saat testing dikirimkan ke tim terkait, misalnya developer. Kegagalan kasus uji paling menarik di sini. Penjelasan yang tepat dan jelas mengenai software testing yang dijalankan dan output harus disebutkan.

Untuk proses testing yang rumit, perlu dilaporkan langkah-langkah menjelaskan kesalahan, screenshots, dan apapun yang mendukung.

Baca Juga: Jenis Software Enterprise, Nomor 4 Paling Powerful!

Kesimpulan

Itulah pembahasan mengenai software testing yang memang sangat penting sebelum Anda menjual software atau aplikasi ke pelanggan. Testing dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk, meningkatkan keamanan produk, menyesuaikan tampilan di berbagai device, dan lain-lain. Jenis testing dapat meliputi manual dan otomatis, serta fungsional dan non-fungsional. 

Memiliki software yang aman memang perlu menjadi pertimbangan perusahaan, karena database internal tidak boleh bocor atau hilang. Database yang dimiliki perusahaan sebaiknya juga dapat diakses hanya dari satu sistem saja agar keamanan dapat dipantau dengan mudah, seperti penggunaan software ERP. 

Software ERP memiliki fitur hak akses sehingga Anda dapat memilih user mana saja yang dapat mengakses fitur tertentu, selain itu juga terintegrasi antar departemen sehingga Anda cukup menggunakan satu software saja untuk berbagai operasi bisnis seperti manufaktur, pembelian, penjualan, persediaan barang, akuntansi dan keuangan, laporan keuangan, dan masih banyak lagi.

MASERP sebagai salah satu vendor terbaik ERP menyediakan banyak fitur yang dapat digunakan oleh berbagai bisnis. Anda tidak perlu lagi membeli banyak software untuk tiap divisi, ini akan memakan anggaran perusahaan. 

Segera konsultasikan kebutuhan bisnis Anda untuk implementasi software ERP dengan konsultan ahli kami sekarang, gratis!

New call-to-action