Intip Rumus dan Cara Menghitung Produk Domestik Bruto

Written by Tika Ulfianinda

Produk Domestik Bruto adalah

Produk domestik bruto adalah istilah yang kerap muncul ketika membahas kesehatan ekonomi sebuah negara, mulai dari laporan keuangan hingga pemberitaan harian. Memahami apa itu PDB akan membantu Anda melihat gambaran besar tentang arah pertumbuhan ekonomi dan dampaknya pada aktivitas bisnis maupun kehidupan sehariโ€‘hari.

Yuk, baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui pengertian PDB, komponen di dalamnya, manfaat, jenis-jenis, serta rumus dan cara menghitungnya!

Apa Itu Produk Domestik Bruto (PDB)?

Produk domestik bruto adalah salah satu indikator ekonomi yang paling umum digunakan untuk mengukur total nilai produksi barang dan jasa dalam suatu negara selama periode tertentu, biasanya per tahun atau per kuartal. Dalam lingkup internasional, istilah ini dikenal sebagai Gross Domestic Product (GDP).

Secara garis besar, produk domestik bruto adalah cerminan dari aktivitas ekonomi nasional. Angka PDB mencakup nilai produksi dari seluruh sektor ekonomi, baik yang dilakukan oleh warga negara maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri. Oleh karena itu, PDB menjadi tolok ukur dalam melihat perekonomian suatu negara mengalami peningkatan, stabil, atau justru menurun. 

Selain mencerminkan pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto adalah dasar bagi pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan strategis. Data ini membantu merancang kebijakan fiskal, menentukan tingkat suku bunga, hingga mengukur daya saing ekonomi antar negara.

Meski demikian, perlu dipahami bahwa PDB belum mampu mencerminkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh karena tidak mencakup aspek distribusi pendapatan maupun kualitas lingkungan.

Perbedaan PDB dan PNB

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang beroperasi di dalam wilayah suatu negara selama periode tertentu.

PDB mencakup nilai seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi, baik perusahaan lokal maupun asing, selama aktivitas produksi dilakukan secara fisik di wilayah negara tersebut.

Sementara itu, Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB yang disesuaikan dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto tersebut merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh warga negara Indonesia dari faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal di luar negeri, dikurangi dengan pendapatan yang diperoleh warga negara asing dari faktor produksi di dalam negeri Indonesia.

PNB mencerminkan total nilai produksi yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia, baik yang beraktivitas di dalam negeri maupun di luar negeri.

Perbedaan utama antara PDB dan PNB terletak pada cakupan faktor produksi yang dihitung. PDB berfokus pada lokasi geografis produksi tanpa memandang kewarganegaraan pemiliknya, sedangkan PNB berfokus pada kepemilikan nasional atas faktor produksi, termasuk pendapatan yang diperoleh dari luar negeri.

Sebagai contoh, jika perusahaan milik warga asing beroperasi di dalam negeri, hasil produksinya akan dihitung dalam PDB, tapi tidak dihitung dalam PNB.

Sebaliknya, jika warga negara Indonesia memiliki usaha atau bekerja di luar negeri dan memperoleh pendapatan, pendapatan tersebut akan dihitung dalam PNB meskipun tidak termasuk dalam PDB.

Baca Juga: Perbedaan Ekonomi Mikro dan Makro yang Perlu Diketahui

Komponen Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) dibentuk oleh beberapa komponen utama yang menggambarkan aktivitas ekonomi dalam suatu negara. Komponen-komponen ini secara kolektif menunjukkan cara kerja perekonomian berjalan selama periode tertentu. Berikut empat komponen utama penyusun PDB, yakni:

Konsumsi (C)

Komponen ini mencakup pengeluaran oleh individu atau rumah tangga untuk berbagai jenis barang dan jasa, meliputi:

  • Barang tahan lama (durable goods), yaitu barang yang memiliki masa pakai lama, biasanya lebih dari tiga tahun, seperti kendaraan bermotor, peralatan elektronik, dan furnitur. Pembelian rumah baru tidak termasuk dalam kategori ini.
  • Barang tidak tahan lama (non-durable goods), seperti makanan, minuman, pakaian, dan obat-obatan yang cepat habis atau dikonsumsi dalam waktu singkat.
  • Jasa (services), yaitu layanan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, dan jasa profesional lainnya.

Investasi (I)

Investasi mencakup pengeluaran untuk barang modal yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi di masa depan. Contohnya, pembelian mesin dan peralatan, pembangunan gedung pabrik, serta konstruksi rumah baru. Investasi juga termasuk pengeluaran untuk infrastruktur dan pengembangan teknologi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Pengeluaran Pemerintah (G)

Komponen ini mencakup semua pengeluaran pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa publik yang mendukung aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Contoh pengeluaran pemerintah meliputi pembayaran gaji pegawai negeri, pembelian peralatan militer, pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan, dan program sosial dan pelayanan publik.

Ekspor Bersih (NX)

Ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dan impor barang serta jasa. Ekspor menunjukkan nilai barang dan jasa yang dijual ke luar negeri, sedangkan impor adalah nilai barang dan jasa yang dibeli dari luar negeri.

Jika nilai ekspor lebih besar daripada impor, ekspor bersih bernilai positif dan menambah PDB. Sebaliknya, jika impor melebihi ekspor, ekspor bersih menjadi negatif dan mengurangi PDB.

Manfaat Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) afalah indikator penting yang digunakan untuk mengukur kondisi dan perkembangan perekonomian suatu negara. Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai manfaat PDB.

Mengukur Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan nilai total produksi barang dan jasa di sebuah negara dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Dengan membandingkan angka PDB dari periode ke periode, pemerintah dapat menilai kondisi perekonomian yang sedang mengalami pertumbuhan, stagnasi, atau penurunan.

ini sangat berguna untuk mengevaluasi keberhasilan kebijakan ekonomi yang sudah dijalankan sekaligus merencanakan strategi yang tepat ke depannya.

Selain itu, melalui analisis komponen PDB seperti konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah, negara dapat menentukan sektor mana yang memberikan kontribusi terbesar serta mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu ditingkatkan guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Memahami Struktur Perekonomian Suatu Negara

PDB yang dianalisis secara sektoral memungkinkan pemerintah untuk memahami struktur perekonomian, yaitu kontribusi masing-masing sektor (pertanian, industri, jasa, dan lain-lain) terhadap total output nasional.

Pemahaman ini penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat sasaran, misalnya mendorong sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi atau membantu sektor yang mengalami kemunduran agar tidak menimbulkan dampak negatif lebih luas bagi perekonomian.

Dasar Perumusan dan Evaluasi Kebijakan Pemerintah

Kebijakan ekonomi yang efektif memerlukan data dan informasi yang akurat. PDB menyediakan data riil yang menjadi dasar perencanaan dan pengambilan keputusan pemerintah.

Misalnya, dalam merancang anggaran negara, menentukan target inflasi, atau menetapkan kebijakan fiskal dan moneter.

Selain itu, PDB juga digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program pembangunan dan menilai dampak kebijakan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Dengan data ini, pemerintah dapat menyesuaikan strategi agar lebih responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi.

Membandingkan Kemajuan Ekonomi Antar Negara

Setiap negara memiliki karakteristik ekonomi yang berbeda-beda. PDB berfungsi sebagai standar global untuk membandingkan tingkat kemajuan ekonomi antar negara secara objektif.

Melalui data PDB, negara dapat melihat posisi ekonominya di dunia dan mengenali kelompok negara maju (misalnya G7 dan G20) yang mendominasi perekonomian global.

Perbandingan ini juga menjadi dasar bagi investor asing dalam menentukan negara mana yang potensial untuk investasi, sekaligus membantu negara berkembang menentukan strategi agar bisa mengejar ketertinggalan.

Jenis Produk Domestik Bruto

Setelah memahami pengertian, komponen, dan manfaat dari Produk Domestik Bruto (PDB), penting bagi Anda untuk mengetahui berbagai jenis PDB yang sering digunakan dalam analisis ekonomi.

Secara umum, PDB dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

PDB Riil (Harga Tetap)

PDB riil adalah nilai total barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar tertentu (harga tetap).

Dengan menggunakan harga konstan ini, PDB riil mampu menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya tanpa pengaruh fluktuasi harga atau inflasi.

Oleh karena itu, PDB riil sering digunakan untuk membandingkan kinerja ekonomi antar periode waktu secara akurat dan melihat tren pertumbuhan ekonomi secara nyata.

PDB Nominal (Harga Berlaku)

PDB nominal merupakan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam periode tertentu, tetapi dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku pada periode tersebut. Karena menggunakan harga saat ini, PDB nominal bisa terpengaruh oleh perubahan harga atau inflasi, sehingga nilainya bisa meningkat meskipun volume produksi tidak bertambah.

PDB nominal lebih cocok untuk mengukur ukuran ekonomi pada waktu tertentu, tapi kurang tepat untuk analisis pertumbuhan ekonomi secara riil.

Dengan memahami perbedaan antara PDB riil dan PDB nominal, Anda dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kondisi ekonomi suatu negara. 

PDB riil memberikan informasi yang lebih akurat tentang pertumbuhan ekonomi sesungguhnya. Sedangkan PDB nominal, menunjukkan nilai ekonomi secara keseluruhan pada harga pasar saat ini.

Kedua jenis ini sering digunakan bersamaan dalam analisis ekonomi untuk mengukur daya beli masyarakat, inflasi, dan perkembangan ekonomi secara menyeluruh.

Baca Juga: Mengenal Pendapatan Per Kapita dan Cara Menghitungnya

Rumus dan Cara Menghitung Produk Domestik Bruto

Menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan pengeluaran, produksi, dan pendapatan.

Masing-masing metode memberikan gambaran berbeda tentang total nilai ekonomi suatu negara, tapi hasil akhirnya seharusnya sama.

Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini merupakan cara yang paling umum digunakan untuk menghitung PDB. Prinsipnya adalah menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai pelaku ekonomi untuk membeli barang dan jasa akhir dalam suatu periode tertentu.

Rumus:

PDB = ๐ถ + ๐ผ + ๐บ + (๐‘‹ โˆ’ ๐‘€ )

Keterangan:

  • C = Konsumsi rumah tangga
  • I = Investasi
  • G = Pengeluaran pemerintah
  • X = Ekspor
  • M = Impor

Contoh:

Misalkan pada tahun tertentu nilai pengeluaran adalah sebagai berikut:

  • Konsumsi (C) = Rp1.200 juta
  • Investasi (I) = Rp350 juta
  • Pengeluaran pemerintah (G) = Rp400 juta
  • Ekspor (X) = Rp200 juta
  • Impor (M) = Rp 150 juta

Maka, PDB dihitung sebagai:

PDB = Rp1.200 juta + Rp350 juta + Rp400 juta +(Rp200 juta โˆ’ Rp150 juta) = Rp2.000 juta

Pendekatan Produksi (Nilai Tambah)

Pendekatan ini menghitung PDB dengan menjumlahkan nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap sektor ekonomi. Nilai tambah diperoleh dari selisih antara output sektor dan biaya input antara yang digunakan dalam proses produksi.

Rumus:

PDB = โˆ‘ Nilai Tambah Sektor-sektor Ekonomi

Contoh:

Misalkan terdapat tiga sektor utama dengan nilai tambah sebagai berikut:

  • Pertanian = Rp400 juta
  • Industri = Rp900 juta
  • Jasa = Rp700 juta

Maka, PDB total adalah:

PDB = Rp400 juta + Rp900 juta + Rp700 juta = Rp2.000 juta

Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini menjumlahkan seluruh pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi dalam suatu perekonomian, termasuk upah, sewa, bunga, dan keuntungan.

Rumus:

PDB = W + R + i + P + Depresias+ (Pajak Tidak Langsung โˆ’ Subsidi)

Keterangan:

  • W = Upah dan gaji
  • R = Sewa
  • i = Bunga
  • P = Keuntungan
  • Depresiasi = Penyusutan aset tetap
  • Pajak Tidak Langsung = Pajak yang dikenakan pada produksi dan konsumsi
  • Subsidi = Bantuan dari pemerintah yang mengurangi biaya produksi

Contoh:

Misalkan data pendapatan dalam satu tahun adalah:

  • Upah dan gaji (W) = Rp700 juta
  • Sewa (R) = Rp250 juta
  • Bunga (i) = Rp120 juta
  • Keuntungan (P) = Rp500 juta
  • Depresiasi = Rp100 juta
  • Pajak Tidak Langsung = Rp400 juta
  • Subsidi = Rp70 juta

Maka perhitungannya:

PDB = Rp700 juta + Rp250 juta + Rp120 juta + Rp500 juta + Rp100 juta + (Rp400 juta โˆ’ Rp70 juta ) = Rp2.000 juta

Ketiga pendekatan tersebut pada dasarnya harus menghasilkan nilai PDB yang sama, meskipun berasal dari perspektif yang berbeda, mulai dari sisi pengeluaran, produksi, atau pendapatan. Pemerintah dan lembaga statistik biasanya menggunakan ketiga metode ini secara bersamaan untuk memverifikasi konsistensi data ekonomi dan mendapatkan gambaran lengkap mengenai kondisi ekonomi nasional.

Hasil perhitungan PDB juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun kebijakan fiskal dan moneter, merancang program pembangunan, serta sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.

Kesimpulan

Produk domestik bruto adalah indikator penting yang digunakan untuk mengukur total nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam periode tertentu.

PDB telah menjadi alat utama dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi, membandingkan kinerja ekonomi antar negara, memahami struktur perekonomian nasional, serta menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan strategis pemerintah.

Dalam konteks bisnis, setiap produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan Anda, berpotensi untuk berkontribusi terhadap nilai PDB. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk terus menciptakan produk yang berkualitas dan bermanfaat luas bagi masyarakat.

Tidak hanya mencerminkan keberhasilan bisnis, langkah ini juga menunjukkan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.

Sama seperti pemerintah suatu negara, dalam menjalankan suatu bisnis, kita perlu melihat data-data secara aktual dan terperinci dari semua kegiatan yang ada pada perusahaan. Ya, data tersebut harus tercatat dengan baik dan menyeluruh agar tidak ada kesalahan.

Dalam melakukan pencatatan tersebut, perusahaan membutuhkan bantuan suatu sistem atau software yang terintegrasi dengan berbagai fitur di dalamnya. MASERP sebagai salah satu software ERP, bisa mengakomodasi operasional perusahaan dari mulai penjualan, pembelian, supplier, customer, inventory, gudang, manufaktur, keuangan, akuntansi, laporan bisnis, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang software MASERP yang memberikan banyak kemudahan untuk bisnis Anda, langsung saja konsultasikan kendala dan kebutuhan Anda kepada konsultan ahli kami. Gratis!