Surplus konsumen biasanya digambarkan oleh para ekonomi menggunakan kurva permintaan dan penawaran. Bila kurva permintaan menurun artinya harga semakin murah sehingga permintaan tinggi. Titik pertemuan antara kurva permintaan dan penawaran disebut harga keseimbangan. Harga keseimbangan yaitu harga ideal di mana konsumen mau membeli dan produsen mau menjual.
Surplus konsumen adalah gambaran tingkat kepuasan konsumen ketika mereka membayar lebih rendah dari jumlah yang sanggup dibayarkan.
Surplus konsumen dapat menjadi dasar dalam menentukan strategi harga sekaligus memberi gambaran tentang kesejahteraan ekonomi. Bagi konsumen, surplus ini jelas menguntungkan. Tapi dari sisi produsen, kadang dianggap sebagai potensi kehilangan pendapatan.
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh apa itu surplus konsumen, cara menghitung, dan bedanya dengan surplus produsen. Yuk, dibaca sampai habis!
Apa Itu Surplus Konsumen?
Surplus konsumen adalah konsep dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan selisih antara jumlah maksimum yang bersedia dibayar konsumen atas suatu barang atau jasa dengan harga yang benar-benar dibayarkan.
Surplus konsumen mencerminkan manfaat tambahan. Bisa dikatakan juga, kepuasan ini lebih diperoleh ketika harga yang diterima lebih rendah dari nilai yang diharapkan.
Sebagai contoh, jika seorang konsumen bersedia membayar Rp120.000 untuk sebuah produk tetapi hanya mengeluarkan Rp85.000, surplus konsumen yang diperoleh sebesar Rp35.000.
Selisih tersebut menggambarkan nilai lebih yang dinikmati konsumen. Surplus ini juga menjadi indikator dalam menilai kesejahteraan dan dampak perubahan harga maupun dinamika pasar terhadap kepuasan konsumen.
Baca Juga: Rumus Markup Harga agar Bisnis Untung Maksimal
Cara Menghitung Surplus Konsumen
Setelah mengetahui apa itu surplus konsumen, Anda perlu mengetahui cara menghitungnya. Berikut langkah-langkah menghitung surplus konsumen.
Tentukan Harga Maksimum
Untuk membeli suatu barang atau jasa, setiap konsumen biasanya mempunyai batas harga tertentu yang menurutnya wajar atau masih sanggup mereka bayar. Harga ini disebut sebagai harga maksimum yang bersedia dibayar.
Contohnya, Anda ingin membeli sepatu dan merasa masih wajar jika harganya Rp200.000. Angka Rp200.000 inilah yang menjadi harga maksimum. Untuk mengetahuinya, bisa dilakukan lewat survei, wawancara, atau sekadar menilai dari preferensi belanja konsumen di pasar.
Cari Harga Pasar Aktual
Setelah mengetahui harga maksimum, langkah berikutnya adalah mencari tahu harga pasar yang berlaku. Harga pasar adalah harga resmi atau harga riil yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan barang tersebut.
Misalnya, sepatu yang tadinya Anda perkirakan harganya Rp200.000, ternyata dijual di toko dengan harga Rp150.000. Harga Rp150.000 inilah yang disebut harga pasar aktual.
Informasi ini biasanya didapat dari data penjualan, katalog harga, atau langsung dari transaksi di lapangan.
Hitung Selisih Harga
Surplus konsumen muncul dari selisih antara harga maksimum yang rela dibayar konsumen dan harga pasar aktual.
Jika Anda siap membayar suatu barang dengan harga Rp200.000, tetapi ternyata hanya membayar Rp150.000, keuntungan ekstra yang Anda dapatkan sebesar Rp50.000. Selisih Rp50.000 inilah yang dinamakan surplus konsumen per unit barang. Semakin besar selisihnya, besar pula surplus konsumen yang dirasakan.
Baca Juga: Contoh dan Cara Mudah Menghitung Gross Margin
Total Surplus Semua Unit
Pada kenyataannya, konsumen sering membeli lebih dari satu barang. Oleh karena itu, surplus konsumen perlu dihitung per unit lalu ditotal.
Misalnya, Anda membeli tiga produk dengan surplus masing-masing barang Rp20.000, Rp15.000, dan Rp10.000. Jika ditambahkan, total surplus konsumen tersebut senilai Rp45.000.
Perhitungan ini membantu memahami total keuntungan tambahan yang benar-benar dinikmati dari semua pembelian barang, bukan hanya keuntungan dari satu barang.
Gunakan Grafik Permintaan
Jika perhitungan dilakukan dalam skala besar, seperti pasar atau industri, surplus konsumen bisa dilihat melalui grafik permintaan. Pada grafik ini, surplus konsumen digambarkan sebagai area di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga pasar.
Semakin luas area tersebut, besar pula total surplus konsumen yang dihasilkan. Cara ini sering digunakan ekonom untuk menilai kesejahteraan konsumen dan melihat dampak kebijakan harga atau pajak terhadap masyarakat.
Faktor yang Memengaruhi Surplus Konsumen
Ada tiga faktor utama yang menentukan seberapa besar dan bagaimana distribusi surplus konsumen di pasar:
Harga
Kalau harga turun, surplus konsumen otomatis naik karena selisih antara “berapa banyak konsumen mau bayar” dan “berapa yang benar-benar dibayar” jadi makin lebar.
Sebaliknya, kalau harga naik, selisih ini menyempit dan surplus konsumen berkurang. Itulah kenapa inflasi bukan hanya karena barang makin mahal, tapi juga membuat konsumen kehilangan keuntungan lebih besar.
Dalam teori ekonomi klasik, pasar yang kompetitif biasanya memberikan surplus konsumen lebih besar karena perusahaan saling berlomba menurunkan harga. Sebaliknya, pasar monopoli cenderung menekan surplus konsumen dengan harga yang lebih tinggi.
Elastisitas Permintaan
Seberapa peka konsumen terhadap perubahan harga juga memiliki pengaruh besar. Kalau barangnya inelastis, alias tetap dibutuhkan meski harganya naik, contohnya obat atau bahan makanan pokok, surplus konsumen biasanya tetap besar.
Itu disebabkan, konsumen rela membayar lebih demi tetap bisa memiliki barang itu. Tapi kalau barangnya elastis, seperti barang mewah atau produk dengan banyak pengganti, surplus konsumen cenderung kecil. Konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga dan bisa saja batal membeli kalau merasa terlalu mahal.
Preferensi Konsumen
Perubahan selera, tingkat pendapatan, atau awareness terhadap suatu produk juga bisa drastis mengubah surplus konsumen. Misalnya, ketika konsumen makin suka dengan produk tertentu, otomatis kesediaan mereka untuk membayar lebih juga meningkat. Kalau harganya relatif tetap, maka surplus konsumen pun bertambah.
Perbedaan Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Dalam ilmu ekonomi, ada dua konsep penting yang sering digunakan untuk menganalisis kesejahteraan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, yaitu surplus konsumen dan surplus produsen.
Keduanya sama-sama menunjukkan manfaat ekonomi, tetapi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Untuk memahami lebih jelas, mari kita bahas perbedaan antara surplus konsumen dan surplus produsen berikut ini.
Definisi dan Konsep Dasar
Surplus konsumen menggambarkan selisih antara harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar mereka bayarkan.
Sebaliknya, surplus produsen adalah selisih antara harga terendah yang bersedia diterima produsen dengan harga yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa. Selisih ini menggambarkan keuntungan tambahan bagi produsen dalam suatu transaksi.
Dampak Perubahan Harga
Perubahan harga bisa berdampak berbeda pada konsumen dan produsen. Saat harga naik, surplus konsumen berkurang karena mereka harus membayar lebih mahal, sedangkan surplus produsen bertambah karena penjual mendapat keuntungan lebih besar.
Sebaliknya, ketika harga turun, konsumen menikmati surplus lebih tinggi, sementara produsen berisiko mendapatkan keuntungan lebih kecil.
Fokus pada Pihak yang Berbeda
Surplus konsumen berfokus pada sisi pembeli, yaitu manfaat tambahan atau kepuasan ekstra yang muncul ketika mereka bisa mendapatkan barang atau jasa dengan harga lebih rendah dari nilai yang dianggap wajar.
Sebaliknya, surplus produsen berfokus pada sisi penjual, yakni keuntungan lebih yang diperoleh ketika produk dijual dengan harga lebih tinggi daripada biaya minimum untuk memproduksinya.
Pengaruh terhadap Kesejahteraan Ekonomi
Surplus konsumen mencerminkan kesejahteraan atau kepuasan yang diperoleh pembeli. Semakin tinggi surplus konsumen, besar pula manfaat yang dirasakan dari transaksi.
Sebaliknya, surplus produsen menggambarkan kesejahteraan produsen. Semakin tinggi nilainya berarti, akan besar pula keuntungan yang diperoleh penjual.
Cara Mengukur dalam Ekonomi
Pada surplus konsumen, pengukuran dilakukan dengan membandingkan harga yang bersedia dibayar konsumen dan harga pasar yang berlaku. Hasilnya menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dirasakan konsumen.
Sementara itu, surplus produsen diukur dari selisih antara harga jual aktual yang diterima produsen dan biaya produksi minimum sehingga mencerminkan tambahan keuntungan produsen.
Contoh Penerapan Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah keuntungan tambahan yang diperoleh pembeli. Kondisi ini muncul saat harga yang dibayar lebih rendah dari batas maksimum yang sanggup mereka keluarkan. Berikut contoh sederhana untuk memahaminya.
Misalnya, Andi ingin membeli sebuah tas. Lalu, Andi bersedia membayar Rp120.000 untuk tas tersebut. Namun, saat sampai di toko, ternyata harga tas Rp85.000.
Selisih antara harga maksimum yang bersedia Andi bayar (Rp120.000) dengan harga yang benar-benar dibayarkannya (Rp85.000) adalah Rp35.000.
Jadi, selisih perhitungannya adalah sebagai berikut:
Surplus Konsumen = Rp120.000 – Rp85.000 = Rp35.000
Dengan demikian, Andi mendapatkan keuntungan atau kepuasan tambahan senilai Rp35.000 karena bisa membeli tas dengan harga lebih murah daripada yang ia perkirakan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, surplus konsumen adalah indikator penting dalam ekonomi yang menunjukkan besar manfaat tambahan yang dirasakan pembeli dari suatu transaksi. Konsep ini membantu memahami tingkat kepuasan konsumen serta menjadi alat analisis bagi ekonom dalam menilai kesejahteraan masyarakat dan dampak kebijakan harga.
Pelaku usaha maupun pembuat kebijakan bisa mengambil keputusan yang lebih tepat dengan data surplus konsumen. Hal ini membantu menciptakan pasar yang efisien sekaligus memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Walaupun terlihat sederhana, untuk menghitung dan menentukan harga jual dengan cara manual akan sangat memusingkan. Solusinya adalah dengen menggunakan software akuntansi seperti MASERP.
MASERP menjadi software akuntansi ERP yang bisa Anda andalkan, dapat digunakan secara online dengan mudah dari berbagai device dan sudah terintegrasi antar departemen seperti manufaktur, penjualan, pembelian, inventory, gudang, keuangan, akuntansi, dan departemen lain.
Software akuntansi MASERP dapat mempermudah dalam mengelola keuangan bisnis dan tersedianya berbagai fitur seperti laporan keuangan, persediaan barang, pajak, rekonsiliasi transaksi, termasuk pencatatan faktur pembelian dan pembayaran.
Segera jadwalkan konsultasi kebutuhan bisnis Anda dan demo fitur lengkap MASERP dengan konsultan ahli kami, sekarang! Gratis!