Ketahui Sistem Akuntansi Syariah di Indonesia

Written by S Nuraini Safitri

Sistem Akuntansi Syariah

Dari kalian pasti sudah sering mendengar kata syariah di telinga Anda? Sistem ekonomi berbasis syariah, kini sedang diminati oleh beberapa kalangan di Indonesia, termasuk sistem akuntansi syariah. Bukan hanya karena mayoritas orang Indonesia beragama Islam, ekonomi syariah diminati juga karena sistem yang dimiliki berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan. Ekonomi syariah di Indonesia meliputi, Bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, hingga akuntansi syariah.

Para akuntan yang telah banyak berkecimpung ini memberikan pendepatnya akuntansi adalah disiplin ilmu yang universal dan obyektif. Awalnya memang sulit untuk menerima gagasan ketika ilmu akuntansi dihubungkan  dengan beberapa prinsip agama.

Tetapi pada faktanya, masyarakat Islam menjalani bisnis di bawah prinsip dan asumsi yang sedikit berbeda. Saat menjalankan suatu bisnis yang menetapkan akuntansi syariah, mereka memiliki cara yang lebih baik terhadap pelanggan, karyawan dan kompetitor.

Namun sekarang akuntansi syariah sudah diterima dengan baik di seluruh dunia dan sistem kerjanya sudah dipakai beberapa bank internasional yang terkenal.

Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah adalah sistem yang mengatur kegiatan pencatatan, mengkategorikan dan meringkas, melaporkan, dan menganalisis data keuangan sesuai dengan ajaran Islam. Penggabungan prinsip-prinsip Islam ke dalam sektor ekonomi tidak terbatas pada produk bank seperti tabungan Islam. Sekarang ada metode akuntansi berbasis syariah yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam.

Seperti halnya produk-produk dari sektor ekonomi berbasis syariah, akuntansi syariah terkait erat dengan penerapan prinsip-prinsip yang konsisten dengan nilai-nilai Islam, baik dari segi siklus maupun pencatatan. Jadinya, akuntansi syariah menempatkan premi yang tinggi pada kepatuhan akuntan terhadap prinsip-prinsip Syariah ketika menyajikan data keuangan.

Baca Juga:

Prinsip akuntansi syariah

Cara kerjanya akuntansi syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang membedakannya dengan akuntansi konvensional. Prinsip tersebut diantaranya ialah prinsip pertanggungjawaban, prinsip keadilan dan prinsip kebenaran. Berikut ini penjelasan masing-masingnya.

Prinsip Pertanggungjawaban

Karena dasar yang digunakan dalam akuntansi syariah ialah ilmu syariah, maka prinsip pertanggungjawaban merupakan salah satu bentuk implementasi hal tersebut. Dimana setiap hal yang dilakukan oleh manusia harus dipertanggungjawabkan. Secara kongkret transaksi yang dilakukan seorang pebisnis harus dipertanggungjawabkan, salah satunya ialah melalui laporan keuangan atau laporan akuntansi yang sudah dibuat oleh akuntan.

Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan dalam akuntansi ini memiliki dua pengertian. Pertama ialah keadilan yang berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan dalam jurnal dan laporan keuangan akan menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Keadlian disini bersifat lebih fundamental dan tetap berpijak pada nilai-niali etika/syari’ah dan moral, pengertian inilah yang lebih merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap rupa akuntansi modern menuju pada sistem akuntansi “alternatif” yang lebih baik.

Prinsip Kebenaran

Masih bersangkutan dengan prinsip keadilan, prinsip kebenaran akan menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi. Contohnya pada aktivitas pengakuan, pengukuran dan pelaporan yang tentu saja akan berjalan dengan baik jika dibarengi dengan rasa kebenaran.

Kelebihan Sistem Akuntansi Syariah

Sistem Bagi Hasil

Akuntansi syariah tidak memiliki sistem bunga, namun menggunakan sistem bagi hasil dengan menanggung risiko bersama-sama oleh semua pihak yang terlibat. Dengan menggunakan sistem bagi hasil, keuntungan bisa dilihat dengan jelas, dan sistem pembagian hasil telah ditetapkan sesuai kesepakatan di awal.

Contohnya terdapat dua pihak, di mana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal, dan pihak kedua sebagai pengelola modal. Kedua pihak ini akan mengetahui bagaimana keuntungan datang dan pembagiannya sesuai dengan kesepakatan di awal.

Menggunakan Prinsip Jual Beli Murabahah

Dalam transaksi jual beli, akuntansi syariah menerapkan sistem yang sesuai dengan ketentuan agama islam. Misalnya transaksi antara Bank dan nasabah yang ingin mengajukan kredit. Jadi dengan menerapkan prinsip murabahah, nasabah dan Bank akan membuat sistem kerja berdasarkan kesepakatan awal yang dibicarakan di awal antara dua pihak yang bersangkutan.

Dalam menerapkan prinsip ini berarti kedua belah pihak juga harus membicarakan berapa bunga yang akan dibayar dan diterima oleh masing-masing pihak tanpa melihat suku bunga yang berlaku.

Terhindar dari Riba

Riba adalah penetapan bunga pada sistem akuntansi syariah saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam. Biasanya persentase yang ditentukan bisa lebih dari nilai barang yang ditransaksikan.

Dalam akuntansi syariah, penyajian laporannya tidak ganya menggunakan konsep time value of money dan dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat lebih bagus dan memenuhi kebutuhan di mata investor. Akuntansi syariah menunjukkan bahwa transaksi bisnis juga bisa mengandung nilai moral dan norma.

Unsur Tenggang Rasa

Akuntansi syariah tidak hanya fokus pada pelaksanaan akuntansi, tapi juga terdapat unsur zakat yang menjadi salah satu kelebihannya. Teori yang ada dalam akuntansi juga tidak sekedar mengatur dan memperhitungkan kepentingan bisnis, tapi juga memperhitungkan kepentingan yang memiliki unsur toleransi pada semua pihak.

Landasan Hukum Tuhan

Dengan menggunakan sistem akuntansi syariah, landasan hukum yang digunakan sesuai dengan kaidah agama Islam. Di mana ketentuan dan dasar hukumnya tidak dibuat oleh tangan manusia, tapi berasal dari Tuhan. Untuk ketentuannya pun tidak dapat diragukan lagi dan tidak akan berubah seiring perkembangan zaman. Menerapkan sistem akuntansi syariah berarti perusahaan akan memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar dan memiliki etika bisnis yang lebih baik.

Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional

Kalasifikasi Data

Untuk mengklasifikasikan data merupakan dasar dari akuntansi konvensional. Informasi yang akuntan sampaikan adalah prakiraan yang terbaik untuk memastikan bahwa perusahaan akan berinvestasi dalam sistem tersebut. Adanya Perbedaan utama antara akuntansi Islam dan konvensional adalah bagaimana informasi dibagikan.

Informasi

Akuntansi tipe syariah memberikan seluruh prospek informasi, baik atau buruk, dengan cara yang jelas dan ringkas. Sementara informasi akuntansi konvensional hanya menyajikan informasi pilihan saja.

Aset

Dalam akuntansi konvensional, klasifikasi aset adalah sebagai modal tetap (aset tetap) dan modal lancar (aset lancar), sedangkan dalam akuntansi Islam, klasifikasi aset adalah sebagai properti dalam bentuk uang (tunai) dan properti dalam bentuk barang (saham), dan kemudian mengklasifikasikan kembali barang sebagai properti atau barang perdagangan.

Mata Uang

Dalam konsep syariah, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya dan bukan menjadi tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagai sumber harga atau nilai.

Teori

Konsep konvensional mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep syariah sangat memperhatikan hal itu dengan cara menentukan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko.

Laba

Konsep konvensional menerapkan prinsip laba secara universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram. Berbeda dengan konsep syariah yang membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan kapital, dengan yang berasal dari transaksi. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba terjadi ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep syariah memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya pertumbuhan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Walau begitu, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba.

Sumber Pendapatan

Dalam syariah pun juga harus menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ulama tentukan. Perusahaan tidak boleh membagi laba dari sumber yang haram kepada mitra usaha atau mencampur dengan pokok modal.

Kesimpulan

Akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki perbedaan dalam prinsip, ide, kepribadian, dan tujuan modal yang berbeda. Sehingga, kebutuhan laporan yang lembaga keuangan Islam butuhkan tentu berbeda dari pengguna informasi yang lembaga konvensional perlukan.

Sehingga, kebutuhan laporan yang lembaga keuangan Islam butuhkan tentu berbeda dari pengguna informasi yang lembaga konvensional perlukan. Tidak bisa dipungkiri perusahaan tersebut adalah perusahaan yang baik secara pengelolaan dan pencatatan keuangan. Dalam melakukan kegiatan tersebut, tentu mereka menggunakan software atau aplikasi pendukung yang sudah terintegrasi dengan teknologi.

Salah satu aplikasi atau software, MASERP, dapat menjadi pilihan dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan perusahaan. Hadir sebagai accounting software dalam mencatat transaksi keuangan perusahaan, MASERP sudah didukung dengan standar keuangan Multi Currency, Multi Warehouse, dan E-Faktur. Dengan menggunakan MASERP, perusahaan milikmu dapat melakukan kustomisasi sesuai dengan kebutuhan bisnismu.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan untuk menghubungi kami dan melakukan konsultasi secara gratis!

New call-to-action

Spin Off Perusahaan: Tujuan, Tahapan dan Aturan

Ikuti 6 Cara Menyusun Skala Prioritas dalam Bisnis